REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sutradara Erwin Arnada dan penulis skenario Salman Aristo melakukan riset untuk pembuatan film biografi picture (biopic) Muhammad Hatta hingga ke Belanda. Di negeri Kincir Angin itu, keduanya mendapatkan kesempatan langka masuk ke Ridderzaal Tweede Kamer Binnenhoff, Den Haag -- tempat diselenggarakannya Konferensi Meja Bundar (KMB).
''Kami sungguh senang karena untuk masuk ke ruang tempat KMB itu hanya tamu negara dan undangan khusus saja. Di sana kami mendapat izin untuk mencari data sekaligus memotret isi ruangan untuk pembuatan film Hatta yang sedang kami buat,'' kata Salman Aristo di Jakarta, Sabtu (22/11).
Salman mengaku begitu banyak informasi yang telah didapatnya selama berada di Belanda. Dia juga tak menyangka jika sejarah tentang perjuangan bangsa Indonesia, khususnya BUng Hatta, begitu mendapat perhatian. "Banyak yang kita temukan di sini. Termasuk buku-buku baru yang selama ini tak dapat kita temui di Indonesia," ujarnya.
Erwin menambahkan lembaga-lembaga riset yang didatanginya di Belanda itu ternyata sangat menyambut baik gagasan pembuatan film Bung Hatta. Di Bronbeek Museum Arnheim, Belanda, Erwin dan Salman mendapatkan kejutan menemukan buku “Indonesie Vrij", Indonesia Merdeka, cetakan thn 1928. Buku ini dipakai sebagai bahan pledoi (pembelaan diri) Bung Hatta di Pengadilan Belanda pada tahun 1928.
Dalam buku itu Hatta tidak hanya membicarakan kekejaman kolonialisme Belanda, tapi juga menuntut Indonesia Merdeka. Pledoi ini dibacakan Hatta dua tahun sebelum Soekarno membacakan pledoi Indonesia Menggugat di Pengadilan Bandung.
“Ini arsip yang sangat penting untuk memahami apa yang diperjuangkan Hatta untuk bangsanya. Kami kesulitan menemukan naskah aslinya di Indonesia. Dan ternyata tersimpan baik di museum Bronbeek,” kata Erwin.
Film Hatta ini rencananya dirilis pada Agustus 2015. Untu proses shooting akan dimulai pada Februari tahun depan. Film ini akan mengambil lokasi shooting di Indonesia dan Belanda.