REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- M Yamin, direktur eksekutif yayasan penyaring situs negatif Nawala meminta orang tua proakif mengawasi "gadget" atau alat canggih yang dipakai oleh anak untuk menghindarkan mereka dari peluang terkena kejahatan seksual.
"Ada aplikasi yang sebenarnya tidak berbahaya tapi menjadi sebaliknya karena penggunanya," katanya di kantor Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI), Menteng, Jakarta, Selasa (10/2).
Dia mencontohkan terdapat aplikasi media sosial (medsos) seperti Whisper dan Secret yang bisa berbahaya jika digunakan oleh orang tidak bertanggungjawab.
"Aplikasi ini berbasis lokasi yang dapat memberikan informasi siapa saja orang disekitarnya. Seorang penjahat seksual bisa saja membuat pancingan tertentu sampai ada interaksi dan terjadilah pertemuan. Jika anak tidak tahu dan tertipu bisa saja dia menjadi korban," kata dia.
Tidak ketinggalan, lanjutnya, situs pertemanan seperi Facebook juga dapat berbahaya jika pengguna internet menyalahgunakannya.
Seorang pengguna bisa saja menggunakan Facebook untuk mendapatkan teman kencan atau perbuatan negatif lainnya.
Kemudahan penggunaan medsos di "gadget" justru bisa berbalik menjadi kemudahan penjahat seksual melancarkan aksinya.
Jadi, "gadget" yang didukung internet bisa saja menjadi bahaya bagi anak.
"Orang tua harus tahu setidaknya pola-pola dari aplikasi. Kalau mereka tidak tahu maka anak bisa saja tertipu dan jadi korban. Atau hal yang umum, 'gadget' bisa digunakan anak mengakses situs porno dan materi-materi dewasa lainnya," kata dia.
Dia mengatakan langkah pencegahan terhadap materi "gadget" yang tidak ramah anak adalah dengan tidak memberikan "gadget" atau dengan langkah lain, yaitu upaya orang tua untuk memahami karakteristik "gadget".
Nawala sendiri mencatat pornografi menjadi kategori teratas yang diblokir oleh situs pemfilter itu selain materi kekerasan, penipuan, judi dan konten negatif lainnya.
Menurut Yamin, pihaknya mencatat 647.622 situs pornografi telah ditapis oleh Nawala. Diyakininya jumlah situs akan terus meningkat.