REPUBLIKA.CO.ID, Otoritas pendidikan Australia tampaknya tidak akan akan mengikuti langkah pemerintah Finlandia yang mulai tahun depan akan menghapus pelajaran menulis kursif atau menulis sambung dengan tangan bagi anak-anak murid di sekolahnya. Rencananya Finlandia akan menggantinya dengan pelajaran teknik mengetik.
Meski tidak akan mengikuti, sejumlah pakar pendidikan menilai Australia perlu membahas opsi kebijakan tersebut lantaran pelajaran menulis kursif dianggap sudah usang dan tidak relevan.
Sejumlah pakar pendidikan di Australia mendukung alasan dari Dewan Pendidikan Finlandia yang menilai pelajaran mengetik lebih relevan dengan kehidupan sehari-hari sekarang ini. Sehingga lebih berguna untuk dipelajari selama siswa berada dibangku sekolah ketimbang belajar menulis kursif.
Dosen senior di Fakultas Bahasa Universitas Canberra, Dr Misty Adonious mengatakan mengajarkan anak cara mengetik yang baik semakin penting, sementara pelajaran menulis kursif dinilainya sudah usang. "Riset tidak menemukan adanya manfaat dari pelajaran menulis kursif," katanya.
"Ada memang riset yang menunjukan kalau anak akan memiliki konsep dan ingatan mengenai huruf dengan baik dan apa yang diwakilinya jika mereka benar-benar menulis dengan tangannya, tapi argumen ini benar-benar bertolak belakang dengan menulis berlembar-lembar huruf kursif dan latihan menyambung huruf karena pada akhirnya hal itu tidak benar-benar mengubah gaya tulisan tangan banyak orang," paparnya.
"Penulisan kursif memang lucu dan baik juga dekoratif tapi itu jika memang Anda ingin menekuninya seperti halnya Anda ingin belajar cara merenda atau merajut. Tapi saya kira sepertinya tidak bermanfaat menghabiskan waktu lama di sekolah mengajarkan anak cara menulis kursif."
Komentar senada juga disampaikan pengajar di Fakultas Bahasa Inggris dan Pendidikan Keaksaraan di Universitas Queensland, Dr Eileen Honan. Ia menilai kurikulum Australia menekankan pada penulisan tangan dan juga kemampuan mengetik, jadi pelajaran menulis kursif tidak lagi relevan.
"Mampu menulis dengan bagus itu tidak ada kaitan sama sekali dengan kemampuan membaca dan menulis dengan produktif, kreatif dan pandai," tuturnya.
Sementara itu Dr Therese Keane dari Universitas Swinburne mengatakan orang tua sangat prihatin dengan kemampuan menulis tangan anak-anak mereka karena ujian mereka dilakukan dengan tulisan tangan. "Para orang tua prihatin kalau anak mereka tidak mendapatkan pelatihan yang cukup untuk menulis dengan jelas dan akurat," katanya.
"Dan orang tua juga cukup prihatin anak-anak mereka akan dirugikan karena mereka tidak bisa menulis dengan tangan karena mereka terbiasa mengetik di keyboard,"
Salah satu penilaian terbesar di Australia, Program Pengkajian Nasional - Melek Huruf dan Berhitung (NAPLAN), saat ini tengah menguji coba tes online, dan ujiannya akan dilakukan secara online mulai tahun depan. Dr Adonious mengatakan langkah tersebut bisa meningkatkan penilaian di lapangan, mengingat hasil ujian yang diketik biasanya mendapat skor lebih baik ketimbang ujian yang ditulis dengan tulisan tangan.
"Esai tulisan tangan dan komposisi cenderung mendapat skor yang lebih rendah, dan tampaknya itu karena tulisan tangan mereka sulit dibaca," katanya. "Jadi, sebagai pengawas ujian, Anda merasa lebih nyaman dan hasil ujian yang diketik dinilai lebih rapi."
Menurut Dr Adonious, Australia tampaknya tidak mungkin mengikuti jejak Finlandia menghapuskan pelajaran menulis kursif, namun demikian diskusi mengenai hal ini dinilai penting. "Latihan tulisan tangan yang kita praktikkan saat ini memang didasarkan pada teknologi yang sangat kuno," katanya.
"Jadi ketika kita mengajar anak-anak terutama titik di mana mereka harus memulai menulis sebuah huruf , hal itu sangat bergantung pada bagaimana kita menggunakan teknologi pulpen dengan tinta cair."
"Padahal saat ini kita sudah benar-benar tidak menggunakan lagi pena dan tinta cair, jadi mungkin memang kita perlu memandang masalah ini secara berbeda tentang dimana kita harus menaruh perhatian kita saat ini."