REPUBLIKA.CO.ID, SEMARANG -- Ketua Gabungan Pengusaha Jamu, Charles Saerang, mengatakan jamu sekarang bukan hanya konsumsi untuk kalangan orang tua. Banyak juga anak muda menggemarinya.
"Banyak yang berpikiran mengonsumsi jamu hanya orang-orang tua. Kenapa masyarakat muda kurang menyukai jamu? Maka, jamu harus terus dikenalkan kepada anak-anak muda," katanya.
Hal itu diungkapkannya usai Semiloka Gerakan Nasional Budi Daya Tanaman dan Produk Herbal Berkelanjutan untuk Kesejahteraan Rakyat bertempat di kampus FISIP Universitas Diponegoro Semarang. Menurut dia, jamu yang merupakan produk unggulan Indonesia sebagai warisan budaya leluhur memang harus terus dijaga kelestariannya, terutama di kalangan generasi muda yang menjadi penerus bangsa.
"Berbagai upaya bisa dilakukan, seperti mendekatkan jamu kepada kalangan perguruan tinggi (PT). Misalnya, di Undip ini. Pak Rektor juga mencanangkan gerakan minum jamu setiap Jumat," katanya.
Dengan mendekatkan jamu kepada kalangan intelektual, kata dia, "image" selama ini bahwa jamu hanya dikonsumsi orang-orang pinggiran tidak berlaku lagi. Jamu juga dikonsumsi kalangan intelektual.
Apalagi, kata dia, ragam jamu makin hari juga makin bertambah, seperti mulai banyaknya produk-produk kreasi dan modifikasi dari jamu, seperti dikemas dalam campuran minuman kopi atau teh.
Kalangan PT, kata dia, bisa diajak untuk melakukan riset terhadap jamu, baik dalam peningkatan kualitas bahan baku, pengemasan, maupun pencitraan, agar jamu makin dikenal luas oleh masyarakat.
"Jamu sudah menjadi bagian kehidupan kita sehari-hari. Sebagai tradisi budaya yang harus dilestarikan, diangkat posisinya. Setidaknya ada 3.000 bahan herbal yang berguna untuk jamu," katanya.
Untuk lebih mengangkat citra jamu di kalangan anak-anak muda, kata dia, mahasiswa di kampus-kampus juga perlu diajak untuk berkompetisi dalam melakukan berbagai riset dan penelitian tentang jamu. "Disiapkan kompetisi tentang jamu, seperti branding dan packaging. Dengan mengajak kalangan mahasiswa berpikir kreatif, jamu akan lebih diminati kalangan anak muda," tukas Saerang.
Sementara itu, Sekretaris Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan, Sugihartatmo, mengatakan, jamu merupakan aset bangsa yang berkontribusi dalam upaya menyehatkan masyarakat.
Persepsi-persepsi positif tentang jamu, kata dia, harus terus ditumbuhkan, terutama di kalangan anak-anak muda agar mereka juga menggemari jamu sehingga kelangsungan jamu akan selalu terjaga.
"Bagus sekali kalau minuman jamu disosialisasikan di kampus, termasuk dalam pertemuan-pertemuan level pemerintah. Bahwa jamu itu bukan hanya dikonsumsi orang-orang tua," katanya.