Rabu 01 Oct 2014 14:31 WIB

Tiger Mom, Lebih Banyak Buruknya Daripada Baiknya

Pola pengasuhan orang tua Cina yang terlampau keras ternyata kurang berhasil, menurut studi di Amerika.
Foto: AP
Pola pengasuhan orang tua Cina yang terlampau keras ternyata kurang berhasil, menurut studi di Amerika.

REPUBLIKA.CO.ID, Tiger mom waspadalah. Teknik pengasuhan orang tua yang banyak menghukum anak memberi lebih banyak ketidakmanfaatan ketimbang kebaikan.

Itu adalah kesimpulan yang dilakukan sebuah studi tentang teknik pengasuhan yang banyak dianut orang tua keturunan Cina. Tiger mom, sebutan untuk pola pengasuhan yang keras itu, mengontrol perilaku anak dengan ketat.

''Penelitian kami menunjukkan tipe ibu tiger mom, terutama yang mengontrol, menghukum, dan kurang suportif sebenarnya tidak begitu berhasil pada sekelompok orang Cina dewasa yang kami teliti,'' kata Cixin Wang, asisten profesor di UC Riverside Graduate School of Education, seperti dikutip dari NBC Los Angeles.

''Itu juga menunjukkan bahwa penting bagi orang tua keturunan Cina, yang cenderung kurang mau meluapkan ekspresi emosinya dan enggan memuji anaknya, agar mau menunjukkan persetujuan mereka, cinta, serta dukungan untuk anak-anak mereka,'' katanya menyambung.

Penelitian tersebut dipercaya merupakan yang pertama menyertakan studi empiris terhadap konsep tiger mom. Penelitian ini membantah konsep tradisional pengasuhan anak di Cina yang mendapatkan perhatian luas sejak terbitnya buku 'Battle Hymn of the Tiger Mother' pada 2011 oleh Amy Chua. Gara-gara buku itu pola asuh yang keras dan dipraktikkan di Cina dianggap sebagai cara yang paling baik.

Sebanyak 600 murid SMP dan SMA keturunan Cina dijadikan obyek studi. Mereka ditanya mengenai persepsi dari perilaku ibu dan ayah mereka, termasuk rasa percaya diri, kemampuan menyesuaikan di sekolah, depresi, dan masalah perilaku.

Orang tua di Cina menggunakan kontrol psikologikal untuk memengaruhi anak. Semakin ketat, semakin baik.

Wang yang dibesarkan di Cina mengingat ibunya pernah mempertanyakan kenapa ia hanya mendapat nilai 99. Ibunya menganggap Wang seharusnya membawa pulang nilai 100 dalam kelas.

Perbedaan budaya menjadi penjelasan kenapa orang tua Cina jarang menunjukkan emosinya. ''Mereka tidak ingin anak mereka menjadi manusia yan arogan,'' katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement