REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA--Rumah belajar Amalia menerapkan terapi berkarya bagi anak dengan mengolah barang bekas menjadi sesuatu yang bermanfaat dan dapat digunakan.
"Membuat prakarya bisa menjadi terapi bagi anak," kata Pendiri dan Pimpinan Yayasan Rumah Amalia, M. Agus Syafi’i, Rabu (24/9).
Agus yang juga konsultan keluarga ini mengatakan, efek brain plasticity, semacam perbaikan sel-sela otak, merupakan hasil yang diharapkan dari pengobatan.
"Psikoterapi, termasuk terapi berkarya, sangat penting untuk menunjang terjadinya efek tersebut. Sedangkan obat membantu secara kimiawi terjadinya pemulihan sel-sel otak," ungkapnya.
Karena itu, rumah Amalia memberikan kegiatan prakarya bagi anak-anak dengan tema "Berkarya sebagai Terapi". Kegiatan tersebut diikuti oleh puluhan anak yatim dan dhuafa yang selama ini menjadi anak asuh Rumah Amalia.
Rumah Amalia adalah rumah belajar untuk anak-anak yatim dan dhuafa yang dikelola oleh Agus. Kini ada sekitar 80 orang anak yang dibantu oleh yayasan tersebut. Di sini, anak-anak mendapatkan studi Islam, biaya pendidikan dan kesehatan, dan menjadi pendamping.
"Selama ini anak-anak diajak belajar mengolah kardus barang elektronik, atau botol kemasan minuman ringan biasanya langsung dibuang menjadi karya seni," katanya.
Melalui kegiatan ini, anak diajak untuk mengubah isi pikirannya, di mana gambaran keburukan bisa diubah menjadi yang berguna, sehingga mendorong anak lebih positif menyikapi hidup dalam realitas sehari-hari.
"Berkarya memiliki dampak besar bagi psikologi anak, meskipun istilah terapi bekarya belum populer di kalangan masyarakat," katanya.