Selasa 29 Jul 2025 14:41 WIB

Mengenang Kembali Kejayaan Pasar Taman Puring yang Terbakar, Surganya Pemburu Barang Loak

Pasar Taman Puring dulunya lapak liar tempat opelet mangkal dan pedagang pikulan.

Rep: Gumanti Awaliyah/ Red: Qommarria Rostanti
Warga menyaksikan proses pemadaman api yang menghanguskan ruko di Pasar Taman Puring, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Senin (28/7/2025). Kebakaran tersebut terjadi sekitar pukul 18.02 WIB. Sebanyak 34 unit dan 115 personel pemadam kebakaran diturunkan dalam peristiwa tersebut. Sementara penyebab terjadinya kebakaran tersebut hingga saat ini belum ada penjelasan dari pihak terkait.
Foto: Republika/Thoudy Badai
Warga menyaksikan proses pemadaman api yang menghanguskan ruko di Pasar Taman Puring, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Senin (28/7/2025). Kebakaran tersebut terjadi sekitar pukul 18.02 WIB. Sebanyak 34 unit dan 115 personel pemadam kebakaran diturunkan dalam peristiwa tersebut. Sementara penyebab terjadinya kebakaran tersebut hingga saat ini belum ada penjelasan dari pihak terkait.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA --  Api berkobar di Pasar Taman Puring, pada Senin (28/7/2025) petang, mengirimkan kepulan asap pekat yang membumbung ke langit Jakarta. Peristiwa ini bukan hanya insiden kebakaran biasa, melainkan babak baru dalam sejarah panjang pasar legendaris yang dikenal sebagai surga barang bekas dan lawas ini. Asap dan api tersebut seolah membangkitkan kembali memori publik akan salah satu denyut nadi ekonomi dan budaya Ibu Kota yang kini kembali dilanda duka.

Sejarah pasar taman puring

Baca Juga

Merujuk laman Pemprov DKI Jakarta, Pasar Taman Puring mulai hadir pada awal 1960-an. Kawasan itu dulunya hanya lapak-lapak liar tempat opelet mangkal dan pedagang pikulan menjajakan barang bekas. Kemudian pada 1983, di bawah kepemimpinan Gubernur DKI Jakarta Soeprapto, kawasan ini resmi ditetapkan sebagai lokasi pasar tradisional sekaligus terbuka hijau. Tujuannya adalah untuk menata para pedagang barang bekas yang saat itu tersebar di wilayah Jakarta Selatan.

Pada tahun yang sama, pemerintah juga membangun sebuah taman rekreasi di samping pasar sebagai ruang terbuka hijau bagi warga. Kawasan ini pun berkembang sebagai ruang publik sekaligus pusat aktivitas ekonomi rakyat.

Krisis moneter yang melanda Indonesia pada 1997 menjadi titik balik bagi kawasan Taman Puring. Gelombang PHK membuat ribuan warga kehilangan pekerjaan. Sebagai solusi, Pemerintah Kota Jakarta Selatan menyediakan tenda-tenda di sekitar taman untuk para korban PHK agar bisa berjualan.

Mereka hanya diizinkan berdagang pada hari Sabtu dan Minggu, sehingga kawasan itu dikenal dengan sebutan Pasar Tunggu (akronim dari Sabtu dan Minggu). Namun dalam praktiknya, aktivitas jual beli meluas hingga setiap hari, dan lapak-lapak mulai menjamur di sepanjang jalan. Kepadatan dan kurangnya pengawasan menjadikan kawasan ini tidak hanya semrawut, tetapi juga rawan. Pada akhir 1990-an, Taman Puring sempat dikenal sebagai pasar gelap alias pusat jual beli barang ilegal.

Lingkungan menjadi tidak aman dan masyarakat umum mulai menjauhinya. Tahun 1999, pemerintah akhirnya memindahkan sebagian besar pedagang kaki lima ke Kebayoran Lama sebagai bagian dari penertiban.

Puncak dari masa sulit itu terjadi pada 29 Juni 2002, saat kebakaran hebat melanda Pasar Taman Puring dan sebanyak 580 kios milik 370 pedagang hangus terbakar. Belum lama berselang, pada April 2005, kebakaran kembali terjadi. Dua tragedi itu memicu revitalisasi besar-besaran oleh Pemprov DKI Jakarta.

Pusat sepatu dan barang lawas

Pasar Taman Puring dibangun kembali dengan konsep modern yakni bangunan dua lantai, kios yang lebih luas, lorong yang lebih tertata, dan fasilitas yang lebih baik. Citra pasar gelap mulai bergeser, dan Taman Puring kembali menemukan denyut kehidupannya sebagai pusat belanja rakyat.

Ratusan kios sepatu memenuhi area ini, menjual aneka model dari merek-merek terkenal. Selain sepatu, pengunjung juga bisa menemukan aksesori, barang elektronik bekas, dan hingga rilisan fisik musik lawas.

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement