REPUBLIKA.CO.ID, Jika orang tua tidak memiliki waktu untuk mengajari kemampuan fungsional kepada anaknya, ayah dan ibu bisa mengikutsertakan anak pada social club. Social club akan mempertemukan 10 anak berkebutuhan khusus dan 10 anak “normal”.
Mereka akan diajari caranya berteman dan memilih teman. Mereka juga akan belajar cara menginisiasi suatu pertemanan, menjaga pertemanan, dan berteman sehat.
Anak-anak berkebutuhan khusus juga akan dikembangkan kemampuan fungsionalnya melalui rekreasi, misalnya pergi menonton bioskop bersama-sama. Mereka akan diberi kesempatan untuk memilih film.
Tidak semua anak memiliki keinginan dan minat yang sama dengan film tertentu. Mereka akan mengambil keputusan bersama dan saat itulah mereka akan belajar kemampuan bersosialiasi.
Selain itu, mereka juga akan melatih kemampuan fungsionalnya melalui hobi. Misalnya, diajak main bowling. Di sana akan terlihat mana anak yang hobi bowling. Sekalipun tidak hobi, mereka dapat mencobanya dan mengetahui cara bermain bowling.
Setelah anaknya mendapatkan pembelajaran di social club, orang tua akan memiliki pekerjaan rumah. Orang tua harus bisa mempertahankan dan mengembangkan kemampun fungsional yang sudah dimiliki anak. “Kalau anak sudah bisa pesan makanan di restoran, orang tua jangan pesankan lagi,” kata pakar pendidikan khusus Adi D Adinugroho-Horstman PhD.
Evelyn Dita Christin yang juga special education specialist mengatakan bahwa social club seperti itu penting. Anak berkebutuhan khusus juga memerlukan orang lain, seperti guru di sekolah dan teman-teman. Anak-anak harus belajar dari lingkungan terkecil sampai yang terbesar. “Berikan anak kesempatan,” ujarnya.