REPUBLIKA.CO.ID, Untuk bisa bertahan hidup manusia membutuhkan keterampilan. Anak-anak tanpa kebutuhan khusus tergolong lebih mudah diajarkan keterampilan yang dibutuhkan untuk bertahan hidup. Beberapa jenis keterampilan bahkan bisa dilakukan sebatas meniru orang dewasa, tanpa perlu diajarkan.
Sebaliknya dengan anak berkebutuhan khusus. Ada beberapa anak yang menjadi sulit belajar dari lingkungan atau menjadi sulit mengambil pembelajaran dari lingkungan. Mereka juga tidak memiliki kesempatan yang cukup karena beragam kondisi mereka.
Pakar pendidikan khusus Adi D Adinugroho-Horstman PhD menjelaskan di Indonesia ada sekitar dua juta anak berkebutuhan khusus usia sekolah. Saat ini, mereka masih anak-anak. Sepuluh tahun lagi mereka akan menjadi orang dewasa.
“Orang tua harus menyiapkan anandanya menyongsong masa itu,” ujarnya.
Beberapa anak berkebutuhan khusus memiliki kemampuan sosialiasi yang kurang baik. Kemampuan manipulatifnya masih minim. Misalnya, mereka terlalu jujur dan apa adanya. Kepolosan itu dapat membahayakan mereka di kehidupan bermasyarakat. “Memiliki rasa curiga agar tak mudah dibohongi merupakan salah satu bentuk kemampuan manipulatif,” kata Adi.
Tanpa adanya kemampuan manipulatif, anak berkebutuhan khusus harus selalu dijaga. Mereka akan menjadi beban bagi keluarga karena tak bisa mandiri beraktivitas di luar rumah.
“Jika sudah diajarkan kemampuan manipulatif sejak dini, mereka akan produktif ketika dewasa,” ujar Adi.
Anak berkebutuhan khusus sebaiknya mendapatkan pengajaran tentang social skill dan life skill sejak dini. Paling tidak, saat anak sudah kelas tiga sekolah dasar. Waktunya dapat disesuaikan bergantung berat atau tidaknya kondisi anak.