REPUBLIKA.CO.ID, Sayuran kale dipandang banyak orang sebagai makanan yang sangat sehat. Julukan superfood pun melekat pada sayuran berwarna hijau tua ini selama beberapa tahun belakangan.
Di Indonesia mencari daun kale bahkan sudah mulai gampang. Artis Cathy Sharon lewat akun Instagramnya mengabarkan kalau ia kini memiliki usaha menjual daun kale.
Masalahnya daun kale kerap dikaitkan dengan penyakit tertentu. Apakah penggemar fanatik daun kale harus khawatir bila mengkonsumsinya terlalu sering?
Seperti dikutip dari laman Learni.st, daun kale mengandung segala nutrisi yang dibutuhkan. Ia kaya akan vitamin K, A, dan C, serta kalsium dan zat besi.
Teksturnya yang renyah membuat daun kale banyak digunakan sebagai bahan pembuat keripik sayur. Ketika menjadi keripik, banyak anak-anak yang tidak kesulitan melahapnya pula. Kaum ibu otomatis menggemari sayuran ini.
Daun penuh manfaat ini namun memiliki sisi kelam. Sebelumnya perlu dipahami dulu kalau daun kale masuk dalam golongan sayuran cruciferous, seperti contohnya brokoli dan kembang kol.
Dan, sayuran tipe ini mengandung glucosinolate yang bisa memperbesar kelenjar tiroid. Ahli endokrin, Dr Jeffrey Garber, mengatakan relasi antara daun kale dan tiroid sebenarnya sederhana. Katanya, mungkin tidak bijak bisa secara jangka panjang mengkonsumsi daun kale mentah dalam jumlah banyak setiap hari. Ia melanjutkan, tapi seandainya pun itu dilakukan kemungkinan besar Anda tidak akan jatuh sakit.
Sementara hubungan antara daun kale dan tiroid paling disorot, ada pula hubungan antara konsumsi daun kale dan penyakit batu ginjal.
Daun kale mengadung oksalat. Sehingga, mereka yang berisiko terkena batu ginjal sering disarankan membatasi sayuran kale dan sayuran serta buah lain yang tinggi kandungan oksalatnya. Contohnya, bit hijau, okra, bayam, hingga swiss chard.
Bahaya menyantap daun kale pun boleh dibilang sangat kecil. Kecuali jika Anda memiliki masalah dengan kelenjar getah bening atau batu ginjal, berarti daun kale bukan superfood yang tepat.