Selasa 20 May 2014 16:14 WIB

Derawan, Aku Datang...! (3-Habis)

Rep: Ririn Liechtiana/ Red: Indira Rezkisari
Bagian dalam Keraton Sambaliung
Foto: Ririn Liechtiana/Republika
Bagian dalam Keraton Sambaliung

REPUBLIKA.CO.ID, Selama di Derawan, kami menyempatkan untuk berkunjung ke Keraton Sambaliung. Perbatasan kerajaan dibagi menjadi dua. Kerajaan Samabaliung terletak di tepi Sungai Kelay. Sedangkan, Kerajaan Gunung Tabur berada di tepian sungai Segah. Kedua sungai itu bermuara ke Sungai Berau.

Sebuah bangunan cukup megah. Dengan cat berwarna hijau di sisi bagiannya dan warna kuning cukup dominan mewarnai bangunan yang terlihat kokoh di halaman yang cukup luas. Sebuah gerbang pagar cukup tegak menuju bangunan yang diapit tiga buah meriam.

Bangunan ini seperti khas Melayu yang berbentuk rumah panggung. Warna hijau itu karena pengaruh Islam, sedangkan warna kuning keemasan menyimbolkan kejayaan.

Tak jauh dari bangunan, ada sebuah prasasti batu yang isinya merupakan terjemahan dari dua bongkah kayu yang merupakan tugu prasasti yang berdiri tegak di kanan-kirinya. Tugu pertama merupakan prasasti berhuruf Arab dan berbahasa Melayu. Isinya menyatakan aturan tentang sopan santun jika bertemu sultan. Tugu prasasti dua berhuruf lontar bugis. Isinya ada tujuh poin aturan mengenai tata tertib yang berlaku pada masa sultan berkuasa.

Ada buaya besar yang sudah diawetkan, tak jauh dari prasasti. Binatang yang panjangnya hampir dua meter lebih itu merupakan hasil tangkapan penduduk kemudian sengaja ditaruh di dekat museum. Menurut penjaga kerajaan, buaya dalam kotak kaca itu sebagai hiasan saja.

Di dalam bangunan, ada beberapa ruangan, seperti ruang pertemuan yang di sana terpampang silsilah raja-raja Berau dan ada berbagai foto hitam putih yang menandakan berbagai pertemuan dengan para penjajah pada masa lalu, tempat tidur raja, tempat singgasana raja, tempat memandikan jika raja meninggal dunia.

Di tengah bangunan, ada taman kecil. Di paling belakang bangunan utama yang masih satu atap, terdapat bangunan berlantai dua yang berfungsi sebagai tempat tidur para keluarga raja.

Tidak terlalu banyak benda bersejarah di kerajaan ini. Bangunan kerajaan tersebut masih tampak rapi dan cukup bersih. Sultan muhammad Aminuddin (1902-1960) dan keluarganya menjadi keturunan terakhir dari Kerajaan Sambaliung.

Kerajaan ini buka pada Senin hingga Jumat, hari libur, dan tanggal merah. Jam buka pada pukul 08.00 hingga 12.00 WITA, sebelum pukul 15.00 WITA. Jadwal bisa berubah saat bulan puasa.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement