Selasa 20 May 2014 15:45 WIB

Derawan, Aku Datang...! (1)

Rep: Ririn Liechtiana/ Red: Indira Rezkisari
Derawan
Foto: Ririn Liechtiana/Republika
Derawan

REPUBLIKA.CO.ID, Menjejakkan kaki ke Derawan merupakan kesempatan yang lama saya tunggu. Kepulauan Derawan terletak di perairan laut Kabupaten Berau, Kalimantan Timur. Kepulauan ini terdiri atas Pulau Kakaban, Pulau Derawan, Pulau Maratua, dan Pulau Sangalaki menjadi destinasi favorit bagi para wisatawan.

Akhirnya, sampailah kesempatan baik itu. Perjalanan kami, saya dan teman-teman, ke Kepulauan Derawan dimulai dengan menggunakan speedboat sewaan untuk lima hingga tujuh orang termasuk motoris dan awaknya dari Tanjung Redeb. Kami menyusuri Sungai Segah lalu Sungai Berau yang bermuara ke lautan menuju kepulauan wisata.

Selama perjalanan, speedboat melaju cukup kencang. Daratan sudah tidak terlihat. Kami banyak berdoa selama perjalanan ketika speedboat menerjang ombak bergulung yang hampir setinggi satu meter. Perasaan kami campur aduk. Jantung rasanya turun-naik seperti speedboat kecil yang kami tumpangi.

Beberapa teman memilih untuk tidur atau yang tadinya semangat melihat pemandangan laut malah terdiam. Raut wajah seorang teman tampak sedikit pucat. Dia mengaku tak bisa berenang. Di dalam speedboat, sudah ada beberapa pelampung tambahan dan ban, tapi tetap tak bisa membuat jantungnya yang terus berdebar itu lega. Untungnya, tidak ada seorang pun dari kami yang mabuk laut. Speedboat berguncang keras di tengah lautan biru dan sepi. Rintik hujan mulai turun di tengah perjalanan ditambah angin yang cukup kencang saat itu.

Ketika ombak mulai bersahabat dan guncangan speedboat mulai sedikit menurun, saya melihat beberapa bangunan dari kayu yang berbentuk seperti panggung, tempat nelayan menangkap ikan.

Di tengah perjalanan, motoris menanyakan kepada kami, apakah ingin melanjutkan ke Pulau Maratua yang terkenal sebagai surga bagi para penyelam. Namun, ia menambahkan, ada gelombang besar karena cuaca sedang tidak bersahabat. Kami yang sudah ketakutan sebelumnya dengan pemandangan ombak yang bergelombang langsung menyetujui jika perjalanan dialihkan ke Pulau Kakaban.

Di sekitar perairan Pulau Maratua, air lautnya berwarna biru. Menurut pemandu wisata kami, jika beruntung, kami bisa melihat kawanan lumba-lumba. Di sana, juga ada tempat diving dan snorkeling untuk menikmati keindahan alam bawah laut.

Resor atau penginapan di Pulau Maratua tersendiri di ujung pulau, jauh dari kampung dan penduduk. Alamnya lebih indah dan tempatnya lumayan sepi. Sayangnya, gelombang bersambung-sambung yang disertai angin kencang memaksa kami untuk mengubah tujuan.

Pulau Kakaban

Kami pun memilih Pulau Kakaban sebagai destinasi wisata pertama. Pulau Kakaban dengan luas kurang lebih lima kilometer ini mempunyai danau air asin yang luasnya hampir 390 hektare. Danau ini merupakan air laut yang tertampung akibat atol yang terangkat. Danau ini tempat bermukim empat spesies ubur-ubur yang tak beracun. Spesies unik ini hanya bisa ditemukan di dua tempat di dunia, Kepulauan Palau, Mikronesia, dan Pulau Kakaban, Indonesia.

Ubur-ubur berwarna terang kecokelatan itu telah berevolusi menjadi tanpa sengat. Ubur-ubur yang terperangkap di dalam danau air asin tersebut menjadi daya tarik tersendiri di Pulau Kakaban. Sambil ber-snorkeling, Anda bisa memegang ubur-ubur tanpa takut tersengat.

Saat tiba di Pulau Kakaban, kami disuguhi pemandangan hijau dengan panorama hutan. Jika tidak membawa alat-alat snorkeling, tak usah khawatir karena di sana ada tempat penyewaannya. Harganya mulai dari Rp 30 ribu hingga Rp 50 ribu. Setelah menaiki anak tangga, ada pos penjaga untuk membeli tiket masuk Rp 10 ribu per orang. Di dekat pos juga telah disediakan beberapa toilet umum.

Perjalanan untuk sampai ke danau kurang lebih lima menit dengan menyusuri tangga dan jalan dari potongan kayu. Keadaannya sedikit curam, tetaplah berhati-hati. Sambil berjalan, bisa terdengar suara berbagai jenis burung. Di kanan kiri jalan ada pohon-pohon besar dengan dahan-dahan menggantung dan akar-akarnya yang terlihat menjalar keluar.

Jangan kaget jika sedang menyusuri anak tangga menuju danau, reptil sejenis biawak tiba-tiba muncul dari sela-sela pepohonan besar yang rindang. Selain itu, juga ada papan pengumuman yang berisi info sekilas tentang Pulau Kakaban ini dan larangan membuang sampah sembarangan.

Danau berwarna hijau pun terbentang luas yang dibatasi hutan bakau ketika tiba di tepian jalan kayu berbentuk dermaga kecil. Kami bisa langsung berjemur sambil melihat ikan-ikan hias kecil di danau jernih yang juga didiami ubur-ubur jinak. Ubur-ubur tanpa sengat akan mendekat ke arah orang yang sedang berenang atau ber-snorkeling.

Pulau Kakaban bisa menjadi alternatif destinasi wisata laut, terutama jika ingin menikmati suasana alam yang masih asri dan sepi. Tidak banyak wisatawan yang datang ke sana. Kalaupun ada, tidak akan sampai berlama-lama berada di Kakaban karena akan mengunjungi lokasi wisata lainnya di Kepulauan Derawan. Biasanya setelah atau sebelum kegiatan menyelam, mereka menyempatkan untuk berenang dan ber-snorkeling sebentar di Danau Kakaban. Saat tiba di danau, kami bertemu rombongan turis dari mancanegara.

“Saya senang berada di sini. Tempatnya sangat indah dan tidak banyak orang. Saya seperti sedang berendam di bak mandi pribadi,” kata seorang wisatawan asing asal Swiss yang datang bersama beberapa koleganya dari Jerman untuk berlibur.

Kami pun tak menyia-nyiakan waktu untuk langsung terjun berenang dan ber-snorkeling di danau. Tak berapa lama wisatawan asing yang sepertinya ketenangan mereka terusik dengan keberadaan kami mengucapkan selamat tinggal.

Teman-teman pun tak melewatkan untuk berfoto dengan latar pemandangan alam yang sangat menyegarkan mata. Angin semilir dan pohon yang teduh memayungi tempat kami bersandar untuk beristirahat sejenak di pinggir dermaga. Berenang dan ber-snorkeling membuat badan kami lelah apalagi setelah mengalami perjalanan yang penuh dengan ombak-ombak besar.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement