Ahad 20 Apr 2014 13:25 WIB

Merasakan Tradisi Lama Jepang di Kyoto (3-Habis)

Rep: Joko Sadewo/ Red: Indira Rezkisari
Kuil bersejarah di Kyoto.
Foto: Firkah Fansuri/Republika
Kuil bersejarah di Kyoto.

REPUBLIKA.CO.ID, Setelah menikmati kemegahan Benteng Nijo, saya menuju ke sebuah kuil yang dilapisi emas yang bernama Rokoun-ji, atau masyarakat setempat lebih mengenalnya dengan nama Kinkakuji. Di tempat ini saya melihat sebuah kemegahan kebudayaan kayu pada 600 tahun yang lalu.

Menurut catatan sejarah yang saya baca, Kinkakuji awalnya adalah sebuah vila yang dibangun 600 tahun lalu (1397) oleh Ashikaga Yoshimatsu, shogun ke-3 pada zaman Muromachi. Kemudian, bangunan ini dinamakan Kitayama-dono. Saat Yoshimatsu meninggal, Kitayama-dono diubah menjadi kuil Zen atas permintaan terakhir Yoshimatsu.

Bangunan ini tidak hanya sebagai vila pribadi, Kitayama-dono berfungsi juga sebagai pusat pemerintahan dan guest house resmi. Di sinilah Yoshimatsu se cara resmi menerima perwakilan dari pemerintahan Cina Ming serta memberikan hiburan kepada para kaisar dan bangsawan dengan perjamuan yang mewah.

Saat Yoshimochi, shogun ke-4, mewarisi Kita yama-dono dan seluruh tanahnya, ia membongkar semua bangunan dan membaginya menjadi beberapa bagian. Hanya Kinkaku (Paviliun Emas), Butsuden (ruangan Buddha), dan beberapa bagian gedung yang dibiarkan tetap ada hingga lebih dari enam abad Rukuon-ji.

Kinkakuji, yang merupakan harta karun nasional sebelum 1950, telah mengalami sejumlah pembongkaran dan penyusunan kembali. Rencana yang detail terhadap Kinkakuji dibuat selama masa restorasi kedua (1904-1906).

Namun, pada 1950, Kinkakuji terbakar. Setelah terbakar, kuil tersebut dibangun kembali dengan tetap dikonstruksi dengan kayu, yang tetap memiliki taman kolam dari jodo (tanah murni) dan ideologi Shinshen.

Melihat bangunan Kinkakuji, saya melihat sebuah keindahan arsitektur kayu masa kejayaan Jepang. Di lantai pertama yang dinamakan Hosui-in, merupakan keindahan arsitektur pada zaman Heian yang bergaya Shinden.

Di lantai kedua Kannon-den, arsitekturnya bergaya shoun pada zaman Momoyama. Sementara itu, di lantai ketiga Shari-den, arsitekturnya bergaya Zen dan dipenuhi oleh gambar-gambar tiga serangkai Amida (Amitabha) dan 25 Bosatsu (Bodhisattiva).

Saya melihat kilauan emas yang melapisi Kuil Kinkakuji, saat diterpa panas matahari. Pemandangan yang sangat mencorong di mata saya. Saya tidak mau melewatkan diri untuk berfoto dengan latar belakang kuil emas tersebut. Dengan posisi bangunan yang terletak di tengah danau buatan, saya bisa mengambil foto dari banyak sisi kuil.

Tak jauh dari lokasi itu, saya juga melihat sebuah pohon bonsai yang berbentuk kapal. Bonsai tersebut sudah berumur hampir 600 tahun lebih. Bonsai berbentuk perahu tersebut menjadi simbol alat untuk mencapai surga. Orang harus mendayung perahu melintasi danau untuk bisa mencapai surga (kuil emas).

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement