REPUBLIKA.CO.ID, TOKYO -- Tidak selamanya etos kerja sampai mati di Jepang mendapat tanggapan positif. Sejumlah orang yang pernah bekerja di satu perusahaan Jepang memberikan sedikit tanggapan negatif tentang budaya kerja yang berlebihan di Jepang. Ada banyak contoh ekstrem.
Pada 11 Agustus lalu, Watami Foodservice Co mendapat prediket buruk sehingga perusahaan ini menduduki peringkat pertama dalam 'Black Corporation Awards 2013.' Ini adalah peringkat untuk perusahaan yang melakukan diskriminasi, kerja paksa, hingga pelecehan kepada karyawannya.
Perusahaan ini dituduh menjadi penyebab seorang karyawan perempuannya bunuh diri hanya dua bulan setelah dia bergabung dengan perusahaan asuransi tersebut. Pasalnya, kerja lembur wanita itu melebihi 140 jam dalam sebulan.
ROLers, setidaknya ada lima alasan mengapa orang-orang Jepang betah dirantai pekerjaan dalam waktu yang lama, diambil dari beberapa komentar pekerja asing yang sedang atau pernah bekerja di Jepang. Berikut paparannya, dilansir dari RocketNews, Rabu (28/8).
2. Rendahnya produktivitas
Banyak orang menunjukkan rendahnya produktivitas perusahaan Jepang. Dengan kata lain, sebagian pekerja mungkin menyelesaikan pekerjaannya dalam waktu cepat, namun banyak juga pekerja yang membutuhkan waktu lama untuk menyelesaikan pekerjaan mereka karena produktivitas mereka yang rendah.
Tampaknya, banyak juga karyawan di Jepang yang tidak mencoba untuk menyelesaikan pekerjaan mereka dalam batas waktu yang ditetapkan. Bahkan, ada pekerja yang sengaja menyeret tugasnya di luar kantor sehingga tampak seolah mereka bekerja keras atau sedang berupaya keras. Hal ini diungkapkan oleh Daniel Sullivan, seorang pekerja asing di Jepang.
Sebuah survei menunjukkan tak jarang banyak pekerja di Jepang yang menghabiskan waktu pekerjaannya dengan merokok di toilet, tidur di toilet, pura-pura menerima panggilan telepon penting dan keluar ruang kerja atau menghabiskan istirahat makan siang sangat lama. Ini kemudian membuat pekerja di Jepang rata-rata tidak bisa bekerja lima hingga enam jam saja.
"Sebagian besar orang Jepang tidak bekerja keras, mereka hanya menghabiskan waktu berjam-jam dan membuang-buang waktu sia-sia pada dokumen dan prosedur yang tidak relevan," kata Saxon Salute, pekerja asing lainnya.
Beberapa komentar keras tentang budaya kerja Jepang itu tentunya menimbulkan pertanyaan, apakah semua itu benar? Kebanyakan orang asing lebih memprioritaskan menyelesaikan pekerjaan mereka terlebih dahulu, baru keluar dan melakukan hal lainnya. Namun faktanya, banyak juga kantor-kantor di Jepang yang menerapkan jam kerja yang relevan pada kontrak mereka.