Senin 21 Jan 2013 09:04 WIB

Anak Berantem di Sekolah, Begini Solusinya (1)

Rep: Desy Susilawati/ Red: Endah Hapsari
Anak bertengkar (ilustrasi)
Anak bertengkar (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, Tariska Verina Luthfiyah (9 tahun) menangis sepulang sekolah. Kepada sang bunda, dia menceritakan kejadian yang membuat air matanya tumpah. Rupanya, siswi kelas empat SD ini diledek teman-temannya.

Banyak kejadian lain yang mungkin melanda anak saat berada di sekolah. Kala anak berselisih de ngan kawan sekolahnya, apakah yang harus orang tua lakukan? Psikolog anak Indri Savitri MPsi menjelaskan jika anak bertengkar di sekolah, sebaiknya biarkan anak menyelesaikan masalahnya sendiri.

Anak, terlebih yang duduk di kelas tiga sampai kelas enam SD, sudah harus bisa menghadapi sendiri masalahnya. Di usia tersebut, ia mesti paham cara merespons anak yang suka meledeknya. Tak patut lagi jika ia masih mudah pecah tangis.

Lain halnya dengan anak yang baru mulai bersekolah. Mereka belum memiliki keterampilan sosialisasi yang memadai. Sedikit celaan atau lontaran perkataan yang membuatnya merasa tersudut di depan umum akan mudah membuat matanya basah.

Indri mengatakan anak usia enam hingga delapan tahun masih pemalu. Mereka lebih senang dengan sedikit orang dan tidak terlalu terlatih ber hadapan dengan orang banyak. Biasa nya mereka cenderung memilih diam, pasrah, dan berharap ada orang lain menolongnya.

Sikap yang sama tak wajar muncul pada anak kelas tiga sampai enam SD. Andaikan menangis masih menjadi senjatanya, berarti ia memiliki kendala dalam pemecahan masalah. “Itu tandanya dia belum mampu mengatur emosi, kematangan emosi nya tidak sebanding dengan usianya,” jelas Indri.

Anak yang demikian, gelagatnya sudah terlihat sejak kecil. Sedikitsedikit menangis. Fenomena itu lebih sering terjadi pada anak bungsu atau anak tunggal yang sering dimanjakan oleh orang tuanya.

Orang tua yang melindungi anaknya dengan berlebihan membuat anak tak terlatih dalam menghadapi tantangan. Betapa tidak, masalah belum datang saja, mereka sudah dilindungi. “Alhasil ketika berhadapan dengan masalah anak tak tahu cara meresponsnya, langsung menangis deh,” ujar Indri.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement