Kamis 27 Sep 2012 04:03 WIB

Awas! Bermain Trampolin Bisa Bahayakan Anak

Bocah bermain trampolin (ilustrasi)
Foto: HealthDay News
Bocah bermain trampolin (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, Berlompat-lompatan di atas trampolin memang menyenangkan, tapi aktivitas ini mungkin berbahaya bagi kesehatan anak Anda. The American Academy of Pediatrics menegaskan kembali peringatan mereka tentang penggunaan trampolin dalam sebuah laporan baru yang dipublikasikan secara online dalam jurnal  Pediatrics.

"Dokter anak seharusnya hanya menyarankan penggunaan trampolin sebagai bagian dari program pelatihan terstruktur dengan pengawasan dan langkah-langkah keamanan yang tepat," tulis studi itu seperti dilansir oleh babycenter.com

Menurut penelitian itu, hampir 98 ribu cedera terkait trampolin terjadi di Amerika Serikat pada tahun 2009, yang mengakibatkan 3.100 anak harus menjalani rawat inap, bunyi laporan National Electronic Injury Surveillance System itu.

Fraktur dan dislokasi menyumbang hampir setengah luka di antara anak-anak berusia 5 tahun atau lebih muda. Cedera umum pada semua kelompok umur itu mulai dari keseleo, patah tulang, dan memar. Jatuh dari trampolin - yang menyumbang hingga 39 persen dari semua cedera - sering memiliki konsekuensi serius. Demikian juga, melakukan jungkir balik dapat menyebabkan cacat kepala permanen dan cedera tulang belakang, para penulis memperingatkan.

Menurut artikel itu, tiga-perempat cedera karena trampolin ketika lebih dari satu orang memainkannya. bahkan, kecelakaan bisa saja terjadi saat ada orang dewasa yang mengawasi.

Penelitian akademik tentang bahaya trampolin diterbitkan pertama kali pada tahun 1999 dan diperbarui pada tahun 2006.Produsen trompolin telah melakukan upaya untuk meningkatkan keselamatan dalam beberapa tahun terakhir, antara lain dengan menambahkan bantalan berat dan peringatan yang  ketat tentang penggunaan yang tepat.

"Meskipun tingkat cedera pada anak-anak terkait dengan penggunaan trampolin telah menurun sejak tahun 2004, kemungkinan mengalami cedera parah masih sangat tinggi, bahkan dengan pengawasan orang dewasa," kata Dr Robert Glatter, dokter di Lenox Hill Hospital di New York City.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement