REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Stroke sering diidentikkan dengan penyakit yang menyerang usia dewasa atau lansia. Namun stroke juga dapat terjadi pada anak-anak.
Menurut dokter spesialis neurologi subspesialis neurovaskular, intervensi, otologi pencitraan, dan oftalmologi, dr Bambang Tri Prasetyo, Sp.N, Subsp. NIOO(K), FINS, FINA, penanganan stroke pada usia anak memiliki kompleksitas tersendiri dan memerlukan pendekatan diagnostik yang jauh lebih mendetail terkait faktor risikonya. Dia menekankan pentingnya melakukan pemeriksaan yang sangat teliti untuk mengidentifikasi penyebab spesifik stroke pada pasien anak.
“Stroke usia anak harus lebih detail pemeriksaan faktor risikonya, dari jantung, komponen darah, kalau memang ada kelainan bawaan, kelainan pembuluh darah harus dihilangkan agar risiko stroke dia pada kemudian hari tidak berulang,” kata Bambang dalam diskusi tentang stroke yang diikuti secara daring di Jakarta, Selasa (29/10/2025).
Bambang mengatakan pada anak-anak stroke banyak terjadi karena ditemukan kelainan jantung, kelainan pembuluh darah atau dalam beberapa kasus karena gizi buruk. Ia menjelaskan pada anak maupun bayi yang mengalami stroke bisa karena penyumbatan yang bisa dicari tahu dari kondisi jantung yang dikhawatirkan ada trombus atau gumpalan dari jantung yang terdorong ke otak. Selain itu juga bisa disebabkan karena defisiensi vitamin K.
Stroke pada anak juga banyak terjadi karena perdarahan di dalam ventrikel atau ruangan berisi cairan di otak (intraventrikel). Pemeriksaan secara detail perlu dilakukan untuk melihat penyebab stroke pada anak, di antaranya pemeriksaan CT Angiografi pada kepala atau dilakukan Cerebral DSA (Digital Subtraction Angiography otak).
“Nanti baru ketahuan benar enggak ada kelainan pembuluh darah yang menyebabkan dia pecah, karena kadang-kadang ada yang umurnya 7 tahun, 8 tahun atau belasan 15, 12 tahun tiba-tiba ada lumpuh setelah dilakukan CT Scan ada perdarahan,” kata Bambang.
Dia mengatakan stroke pada anak memang pemulihannya lebih cepat dibandingkan stroke yang terjadi pada usia tua. Namun jangka panjangnya seiring bertambahnya usia, risiko stroke berulangnya lebih tinggi.
Pengobatan pada stroke anak juga perlu dosis yang terukur seperti pemberian pengencer darah melalui infus dari vena tidak boleh diberikan pada anak yang terlalu kecil karena risiko perdarahan dan efek sampingnya yang lebih kuat. Sementara itu anak yang terkena stroke juga akan terganggu kemampuan sarafnya karena sumbatan atau perdarahan di otak di antaranya kesulitan berjalan, dan kemungkinan stroke berulang yang menyebabkan beban ekonomi keluarga bertambah.
“Makanya kita harus benar-benar melakukan pemeriksaan faktor resiko dengan baik, dan melakukan pengobatan, agar pemulihannya bisa maksimal,” kata dia.
View this post on Instagram