REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sutradara Mouly Surya menghadirkan film terbaru berjudul Tukar Takdir yang tayang mulai 2 Oktober 2025. Karya yang diproduksi oleh Cinesurya dan Starvision ini menyoroti tragedi penerbangan sekaligus perjalanan emosional manusia dalam menghadapi duka dan trauma.
Dalam proses pembuatannya, Mouly mengaku banyak melakukan riset dan pendalaman teknis agar cerita yang diangkat terasa realistis. Ia menilai pengalaman akademisnya juga berperan besar dalam membentuk sudut pandangnya sebagai sutradara.
Mouly bercerita ia sempat melanjutkan pendidikan di bidang film di Amerika Serikat. Keputusan itu bukan hanya soal gelar, melainkan cara untuk memperluas kapasitas dirinya sebagai pembuat film.
“Saya mengambil S3 film di Amerika karena ingin membekali diri agar bisa membuat film yang lebih ambisius ke depannya,” ujarnya.
Dengan bekal akademis tersebut, Mouly berharap bisa menggabungkan disiplin pengetahuan dengan kreativitas praktis, sehingga film yang ia hasilkan tidak hanya kuat secara narasi, tetapi juga matang dalam aspek teknis. Ia mengakui salah satu tantangan terbesar selama produksi adalah ketika menggarap adegan boarding.
Sekilas terlihat sederhana, namun ternyata membutuhkan detail teknis yang rumit, mulai dari koordinasi pemain, penempatan kamera, hingga pengaturan suasana yang harus terasa nyata. “Yang paling sulit justru adegan boarding. Sekilas terlihat sederhana, tapi secara teknis sangat kompleks. Ada pergerakan banyak orang, terus harus mengulang-ulang,” ujarnya.
Adegan itu menjadi penting karena menjadi pintu masuk penonton untuk merasakan atmosfer perjalanan sebelum tragedi pesawat terjadi. Selain urusan teknis di lokasi syuting, Mouly juga menekankan bahwa Tukar Takdir lahir dari riset panjang. Ia menyebut risetnya bisa dibilang sudah berjalan puluhan tahun, karena banyak hal yang ia kumpulkan secara alami dari pengalaman, bacaan, maupun pengamatan hidup sehari-hari.
“Risetnya cukup lama, mungkin puluhan tahun. Bisa dibilang risetnya mengalir natural dari saya, dari apa yang saya tonton, saya alami, saya dengar,” katanya.
Meski begitu, Mouly tetap merasa perlu memperkuat detail teknis penerbangan dengan riset formal. Untuk memastikan gambaran tragedi penerbangan yang realistis, Mouly bersama tim produksi melakukan diskusi dan observasi langsung dengan Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT).
Beberapa pemeran juga ikut serta agar bisa memahami konteks peran mereka dengan lebih mendalam. “Kami berdiskusi dengan KNKT supaya film ini punya landasan yang faktual, bukan hanya imajinasi. Beberapa aktor juga ikut serta dalam riset ini, jadi mereka bisa merasakan bagaimana proses investigasi kecelakaan berjalan,” kata Mouly.
Pendekatan tersebut diharapkan membuat Tukar Takdir tidak hanya menyentuh dari sisi emosional, tetapi juga akurat dalam menggambarkan prosedur penerbangan dan dampaknya bagi banyak orang. Dengan kombinasi riset panjang, pengalaman akademis, dan kerja sama dengan berbagai pihak, Tukar Takdir menjadi salah satu film Mouly Surya yang paling ambisius sekaligus personal.
Film ini bukan sekadar menuturkan tragedi pesawat, tetapi juga refleksi tentang takdir, kehilangan, dan harapan. Melalui detail teknis yang digarap serius dan riset mendalam, Mouly berharap Tukar Takdir bisa menjadi pengalaman sinema yang bukan hanya menghibur, tetapi juga menyentuh penonton pada level emosional yang lebih dalam.
View this post on Instagram