Kamis 25 Sep 2025 19:11 WIB

IDAI Serukan Penanganan Sistematis Atasi Keracunan MBG di Sekolah

Menurut IDAI, 1 korban anak keracunan itu sudah sesuatu yang besar, apalagi ribuan

Rep: Antara/ Red: Qommarria Rostanti
Siswa korban keracunan usai menyantap menu makan bergizi gratis (MBG) menjalani perawatan medis di Posko Penanganan di Kantor Kecamatan Cipongkor, Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat, Rabu (24/9/2025). Sekretaris Daerah (Sekda) Pemprov Jawa Barat Herman Suryatman mengatakan sebanyak 500 pelajar di Kecamatan Cipongkor mengalami keracunan yang diduga akibat menyantap hidangan makan bergizi gratis pada (24/9).
Foto: ANTARA FOTO/Abdan Syakura
Siswa korban keracunan usai menyantap menu makan bergizi gratis (MBG) menjalani perawatan medis di Posko Penanganan di Kantor Kecamatan Cipongkor, Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat, Rabu (24/9/2025). Sekretaris Daerah (Sekda) Pemprov Jawa Barat Herman Suryatman mengatakan sebanyak 500 pelajar di Kecamatan Cipongkor mengalami keracunan yang diduga akibat menyantap hidangan makan bergizi gratis pada (24/9).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Keamanan pangan di lingkungan sekolah dinilai menjadi isu krusial yang perlu mendapatkan perhatian serius, terutama mengingat seringnya terjadi kasus keracunan makanan di kalangan pelajar. Ketua Pengurus Pusat Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), Dr dr Piprim Basarah Yanuarso, Sp.A, Subsp.Kardio.(K), menegaskan bahwa diperlukan penanganan yang sistematis dan terstruktur untuk mencegah angka keracunan makanan di sekolah meningkat.

“Sebenarnya IDAI ingin agar keracunan ini bisa dicegah semaksimal mungkin. Bagi kami, satu korban anak keracunan itu sudah sesuatu yang besar, apalagi ribuan, sehingga butuh penanganan sistematis untuk mencegah supaya keracunan ini tidak terjadi lagi,” kata Piprim dalam diskusi kesehatan yang diikuti di Jakarta, Kamis (25/9/2025).

Baca Juga

Ia mengatakan IDAI sangat prihatin dengan apa yang terjadi pada anak-anak yang menjadi korban keracunan makanan bergizi gratis (MBG) yang dibagikan di sekolah. Ia juga menyebut kejadian ini sudah termasuk Kejadian Luar Biasa atau KLB karena menyebabkan ribuan anak mengalami sakit, bukan hanya alergi biasa.

Piprim mengimbau agar ada evaluasi menyeluruh dari pihak-pihak terkait atau penyelenggara program MBG di berbagai tingkatan agar tidak terjadi lagi kasus keracunan dan tidak abai terhadap pencegahan keracunan.

“Karena (program) makanan bergizi gratis sebetulnya niatnya mulia, niatnya bagus, tapi perlu kita kawal bagaimana teknisnya di lapangan supaya ini bisa sesuai dengan tujuannya,” kata Piprim.

Piprim menyampaikan pencegahan keracunan pada siswa di sekolah perlu upaya kolaboratif dari pihak sekolah, siswa dan tenaga kesehatan.

Ia juga mengatakan perlu digalakkan kembali Program Sekolah Sehat, untuk peningkatan higienitas dan sanitasi di kantin-kantin sekolah, pembiasaan kembali mencuci tangan dengan sabun kepada guru-guru, siswa, karyawan sekolah, dan juga edukasi dari petugas kesehatan. Program MBG dalam pemenuhan nutrisi pada anak sekolah juga bisa menjadi satu inspirasi yang baik untuk merangsang partisipasi publik dalam meningkatkan kesejahteraan sekolah dan bisa menjadi salah satu program CSR perusahaan untuk menjangkau masyarakat yang lebih luas utamanya siswa di sekolah 3T.

 
 
 
View this post on Instagram
 
 
 

A post shared by Republika Online (@republikaonline)

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement