Selasa 02 Sep 2025 06:23 WIB

Kamila Andini Angkat Isu Ketimpangan Sosial di Film Terbaru

Nama Pertiwi sendiri menjadi simbol penting dalam cerita.

Rep: Gumanti Awaliyah/ Red: Qommarria Rostanti
Sutradara Kamila Andini. kembali dengan proyek film terbaru berjudul Four Seasons in Java, sebuah drama realisme magis yang mengangkat isu kekuasaan, trauma dan ketimpangan sosial di Indonesia.
Foto: Republika/Prayogi
Sutradara Kamila Andini. kembali dengan proyek film terbaru berjudul Four Seasons in Java, sebuah drama realisme magis yang mengangkat isu kekuasaan, trauma dan ketimpangan sosial di Indonesia.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sutradara Kamila Andini kembali dengan proyek film terbaru berjudul Four Seasons in Java, sebuah drama realisme magis yang mengangkat isu kekuasaan, trauma, dan ketimpangan sosial di Indonesia. Film ini saat ini tengah berada dalam tahap pascaproduksi dan dipresentasikan di ajang Venice Gap-Financing Market 2025.

Film ini mengikuti kisah Pertiwi, seorang perempuan yang kembali ke desa setelah 12 tahun dipenjara karena membunuh seorang pria saat membela diri dari percobaan pemerkosaan. Kepulangannya bertepatan dengan masuknya listrik ke desa, memicu konfrontasi antara masa lalu dan modernitas.

Baca Juga

"Pembangunan di Indonesia sangat mahal. Dibayar dengan tubuh, air mata, darah, dan nyawa. Tapi hasilnya justru tak menjamin masa depan rakyat," kata Kamila Andini seperti dilansir laman Variety, Selasa (2/9/2025).

Nama Pertiwi sendiri menjadi simbol penting dalam cerita. Dalam bahasa Indonesia, Pertiwi merujuk pada "Ibu Pertiwi" atau Tanah Air. Kamila menyebut karakter ini sebagai metafora dari Indonesia yang terus mengalami luka akibat eksploitasi dan kekuasaan.

Film ini menyatukan unsur mitologi lokal, realisme magis, dan kritik sosial dalam narasi yang berani. Kamila menyoroti bagaimana kekerasan seksual dan penyalahgunaan kekuasaan masih terus terjadi di masyarakat.

"Saat saya menulis naskah, banyak berita kekerasan seksual muncul. Bahkan ada kasus seorang gadis diperkosa oleh 11 orang berpengaruh. Rasanya sangat berat, tapi ini waktunya untuk bicara," ujar Kamila.

Four Seasons in Java merupakan kolaborasi ketiga Kamila dengan produser sekaligus suaminya, Ifa Isfansyah, melalui rumah produksi Forka Films. Produksi film dilakukan di daerah pegunungan, yang menurut Ifa menghadirkan tantangan logistik dan teknis tersendiri.

"Kamila ingin mengeksplorasi relasi antara alam dan teknologi. Ini tantangan baru buat kami sebagai pembuat film," kata Ifa.

Film ini juga melibatkan sejumlah mitra internasional, termasuk Netherlands Film Fund, Hubert Bals Fund, Sorfond, serta perusahaan produksi dari Belanda, Norwegia, Prancis, Jerman, dan Singapura. Di Indonesia, Kamila juga menggandeng Miles Films dan Imajinari untuk memperluas jangkauan penonton.

Saat ini, tim produksi tengah mencari pendanaan tambahan untuk tahap akhir pascaproduksi, termasuk efek visual dan agen penjualan global. "Bagi saya, Venice bukan hanya soal dana, tapi soal bertemu orang-orang yang percaya pada cerita ini dan ingin mengangkat suara yang lama dibungkam," kata Kamila.

 

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement