Kamis 21 Aug 2025 10:40 WIB

Setop BAB Sembarangan untuk Cegah Infeksi Cacing

Risiko infeksi cacing mengancam anak-anak.

Direktur Penyakit Menular WHO Kantor Regional Asia Tenggara 2018-2020 Prof. Tjandra Yoga Aditama mengingatkan masyarakat agar berhenti buang air besar sembarangan dan menjaga sanitasi guna mencegah infeksi cacing pada tubuh.
Foto: pxhere
Direktur Penyakit Menular WHO Kantor Regional Asia Tenggara 2018-2020 Prof. Tjandra Yoga Aditama mengingatkan masyarakat agar berhenti buang air besar sembarangan dan menjaga sanitasi guna mencegah infeksi cacing pada tubuh.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Direktur Penyakit Menular WHO Kantor Regional Asia Tenggara 2018-2020 Prof. Tjandra Yoga Aditama mengingatkan masyarakat agar berhenti buang air besar sembarangan dan menjaga sanitasi guna mencegah infeksi cacing pada tubuh.

"Sanitasi dijaga dan Stop BABS (buang air besar sembarangan) jadi aspek penting kesehatan masyarakat, termasuk mencegah kecacingan," kata Tjandra saat dihubungi di Jakarta, Kamis (21/8/2025).

Baca Juga

Merujuk Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), dia mengatakan penyakit akibat cacing adalah infeksi yang disebabkan oleh berbagai jenis parasit cacing, seperti cacing gelang (Ascaris lumbricoides), cacing cambuk (Trichuris trichiura) dan cacing tambang yang dapat berupa Necator americanus dan Ancylostoma duodenale, serta Strongyloides stercoralis.

Infeksi pada tubuh manusia, sambung dia, terjadi akibat penularan melalui telur cacing yang terdapat pada tinja, kemudian mengkontaminasi tanah, terutama di daerah yang buruk sanitasinya.

"Telur cacing tersebut dapat tertelan oleh anak-anak yang bermain di tanah yang terkontaminasi, lalu memasukkan tangan mereka ke dalam mulut tanpa mencucinya. Tentu saja ada cara penularan lain, seperti melalui air yang tercemar," jelas Tjandra.

Salah satu bagian tubuh yang dapat mengalami akibat buruk dari infeksi cacing itu adalah paru-paru. Namun infeksi tersebut secara umum lebih sering terjadi pada saluran pencernaan.

Jika infeksi itu menyerang paru-paru, maka ada berbagai kemungkinan gejala, seperti batuk, sesak napas dan suara mengi. Pada kondisi lebih berat, dapat terjadi nyeri dada, batuk darah bahkan batuk keluar cacing.

Apabila seorang anak terkena infeksi cacing, maka harus ditangani dengan konsumsi obat cacing secara berkala, penyuluhan kesehatan, dan perbaikan sanitasi.

"Kalau sudah terjadi penyakit, maka sebenarnya sudah tersedia obat yang aman dan efektif untuk mengobatinya," ujar Tjandra.

Sementara itu, terkait BABS, per Juli 2025 tercatat sekitar 850 kepala keluarga (KK) dari sembilan kelurahan di Jakarta masih menerapkan perilaku tersebut.

Tjandra menegaskan penanganan BABS harus menjadi salah satu prioritas Pemerintah Provinsi DKI Jakarta, misalnya dengan membantu membangun fasilitas mandi cuci kakus (MCK) dan tangki septik komunal di lahan yang tersedia.

"Jadi caranya akan tergantung dari masalah di lapangan yang mungkin berbeda-beda satu dengan lainnya, tapi jelas perlu jadi prioritas penanganan," ucap Tjandra.

Sebelumnya, Raya (4), bocah asal Kampung Padangenyang, Sukabumi, Jawa Barat, meninggal dunia dengan kondisi tubuh dipenuhi cacing.

Dia diketahui tinggal di rumah bilik panggung dengan bagian bawahnya yang dipenuhi kotoran ayam sehingga diduga menjadi sumber infeksi cacing.

sumber : ANTARA
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement