REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Coba ketik "Apakah pilates bagus untuk menurunkan berat badan?" di mesin pencari Google. Kamu akan disuguhi banyak hasil. Di tengah lautan informasi, tak jarang kita menemukan klaim yang membingungkan, bahkan menyesatkan.
Namun, Rosie Stockley (@mamawelluk), seorang pelatih kebugaran dari Women’s Health Collective, hadir untuk meluruskan segala kesalahpahaman tersebut. Ia akan membedah secara ilmiah apakah pilates benar-benar efektif dalam membantu mencapai tujuan penurunan berat badan.
Pilates telah menjelma menjadi fenomena global, menduduki peringkat teratas sebagai olahraga paling populer di platform Mindbody pada 2023, dengan peningkatan pemesanan kelas mencapai 92 persen. Fenomena ini juga tercermin dari lonjakan pencarian daring untuk pilates yang melonjak 124 persen kala itu.
Popularitas ini bukan tanpa alasan. Banyak yang mengeklaim bahwa pilates mampu memperbaiki postur tubuh, mengurangi stres, dan meredakan nyeri—manfaat yang bahkan telah dibuktikan oleh berbagai penelitian. Namun, pertanyaannya tetap: apakah ada bukti ilmiah yang cukup kuat untuk mendukung klaim penurunan berat badan?
Mantan penari profesional, pelatih kebugaran pra dan pasca melahirkan, sekaligus pendiri Mamawell, Rosie Stockley, memberikan pandangannya yang komprehensif. "Feed media sosial saya dipenuhi oleh workout pilates yang mengeklaim dapat membantu menurunkan berat badan, dan lebih dari 1.000 orang bertanya setiap bulannya di Google: 'Apakah pilates bagus untuk menurunkan berat badan?' Tapi jawabannya adalah tergantung, mulai dari usia hingga lifestyle," ujarnya dikutip dari laman Women's Healt pada Rabu (30/7/2025).
Pendapat Stockley ini sejalan dengan temuan berbagai studi. Dalam sebuah studi pada 2017, para peneliti mengamati 37 wanita yang mengalami kelebihan berat badan atau obesitas berusia 30 hingga 50 tahun. Hasilnya menunjukkan bahwa delapan pekan latihan pilates efektif dalam menurunkan berat badan.
Namun, kontras dengan hasil tersebut, studi yang dipublikasikan dua tahun sebelumnya, yang mengawasi wanita pascamenopause berusia 59 hingga 66 tahun, menemukan bahwa 12 pekan di atas matras pilates tidak memberikan efek signifikan pada komposisi tubuh mereka. Sementara itu, metaanalisis yang diterbitkan pada 2021 menyimpulkan bahwa pilates memang efektif untuk menurunkan berat badan, namun hanya untuk mereka yang secara klinis mengalami obesitas. Perbedaan hasil penelitian ini menyoroti kompleksitas hubungan antara olahraga, metabolisme, dan karakteristik individu.
Mengapa hasil penelitian bisa berbeda-beda? Sederhananya, penurunan berat badan terjadi ketika tubuh mengeluarkan lebih banyak energi daripada yang dikonsumsi. Ini berarti nutrisi memegang peranan sangat penting dan seringkali menjadi faktor penentu.
Penulis studi tahun 2015 berpendapat bahwa tidak adanya perubahan pada komposisi tubuh dalam penelitian mereka disebabkan karena peserta wanita tidak mengubah pola makan mereka. Stockley menduga, jika peserta dalam studi tersebut sebelumnya sudah melakukan jenis olahraga tertentu yang kemudian digantikan oleh pilates, hasilnya mungkin akan berbeda.
"Jadi, jika kamu sebelumnya tidak berolahraga sama sekali lalu mulai rutin melakukan pilates, dengan asupan energi yang konsisten, kemungkinan besar kamu akan kehilangan sedikit berat badan," kata Stockley.
Selain nutrisi dan level aktivitas awal, kebiasaan gaya hidup lainnya juga berkontribusi terhadap laju penurunan berat badan. Ini termasuk kualitas tidur yang kamu dapatkan (kurang tidur bisa memengaruhi hormon pemicu lapar), persentase massa otot (semakin banyak otot, semakin cepat laju metabolisme basal), tingkat stres (stres kronis dapat memicu penambahan berat badan), dan kesehatan sistem imun. Stockley menyarankan untuk tidur selama tujuh hingga delapan jam setiap malam dan mencoba membatasi stres dengan yoga rutin, meditasi, atau latihan pernapasan sekali atau dua kali sepekan.
Lebih dari sekadar angka di timbangan, Stockley mengingatkan bahwa penurunan berat badan bukan—dan seharusnya bukan—satu-satunya tujuan dari berolahraga. Ada banyak indikator penting lain dari kesehatan yang baik yang sering terabaikan, seperti tidur berkualitas, tingkat stres yang minimal, tekanan darah yang rendah, dan pengurangan lemak visceral (lemak berbahaya di sekitar organ internal).
"Saya menduga alasan kamu ragu terhadap pilates adalah karena kamu tahu bahwa olahraga yang lebih intens seperti lari bisa membakar lebih banyak kalori. Tapi, seberapa besar kamu benar-benar menikmati jenis gerakan seperti itu?" tanya Stockley.
Ini adalah poin krusial. Jika pilates adalah bentuk kebugaran yang kamu sukai dan nikmati, penelitian menunjukkan bahwa kamu akan lebih mungkin untuk melakukannya secara konsisten. Seperti yang Stockley tekankan, "Konsistensi adalah kunci segalanya". Jadi, temukan bentuk olahraga yang kamu cintai, padukan dengan nutrisi yang seimbang, dan jadikan kesehatan sebagai tujuan holistik, bukan hanya angka di timbangan.
View this post on Instagram