Kamis 17 Jul 2025 21:12 WIB

Ide 'Gila' Film Indonesia tentang Luar Angkasa Jadi Kenyataan di Pelangi di Mars

Film Pelangi di Mars dibintangi Lutesha, Messi Gusti, dan Rio Dewanto.

Sutradara, produser, dan pemain utama film Pelangi di Mars saat konferensi pers cast reveal di Jakarta pada Kamis (17/7/2025).
Foto: Dok. Republika/Qommarria Rostanti
Sutradara, produser, dan pemain utama film Pelangi di Mars saat konferensi pers cast reveal di Jakarta pada Kamis (17/7/2025).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Rumah produksi Mahakarya Pictures mengumumkan para pemain dalam film fiksi ilmiah keluarga berjudul pelangi di Mars. Bintang utama film garapan sutradara Upi Guava yakni Messi Gusti sebagai Pelangi, Lutesha sebagai Pratiwi, dan Rio Dewanto sebagai Banyu. 

Film ini mengajak penonton untuk menyelami masa depan yang tidak terlalu jauh, tepatnya pada 2090, di mana bumi menghadapi krisis paling fundamental yaitu kelangkaan air. Pada masa itu, satu-satunya sumber air bersih telah dimonopoli oleh korporasi raksasa bernama Nerotex, menciptakan ketegangan dan keputusasaan di antara umat manusia.

Baca Juga

Upi merasa terharu lantaran idenya untuk menghadirkan kisah tentang kehidupan di luar angkasa yang dibalut dengan teknologi tinggi bisa terwujud. "Gue yakin ketika bicara gagasan ini kayak enggak mungkin. Sampai titik ini merasa bangga karena bertemu dengan banyak orang dengan mimpi sama," ujarnya dalam acara cast reveal film Pelangi di Mars di Jakarta pada Kamis (17/7/2025).

Ide film ini telah ada sejak 2020. Upi mengatakan proses syuting dibagi menjadi dua sesi. Sesi pertama untuk bagian animasi yang menggunakan teknologi motion capture. Motion capture merupakan teknologi yang berfungsi merekam gerakan objek atau, lebih sering, gerakan aktor manusia, lalu menerjemahkannya ke dalam data digital. Data ini kemudian digunakan untuk menganimasikan karakter digital dalam film. 

Sesi kedua yaitu live action. "Syuting motion capture 12 hari, live action 14 hari. Syuting sudah selesai, tinggal poles terakhir," kata Upi. 

 

Produser Mahakarya Pictures Dendy Reynando mengatakan langsung tertarik dengan narasi yang disampaikan Upi pada 2020. Dia mengungkapkan alasan ketertarikannya membuat film Pelangi di Mars.

 

"Saya bapak anak tiga anak, suka mendongeng. Sering ajak nonton anak ke bioskop. Suatu saat anak bilang pengen nonton film indonesia, saya akhirnya menyadari, saya produser, ternyata film keluarga enggak banyak pilihannya," kata dia.

Berangkat dari kegelisahan itu, Dendy langsung mengiyakan saat Upi menawarkan gagasan film tersebut. "Masa depan peradaban ada di tangan anak-anak. Tinggal anak-anak punya imajinasi apa. Semoga film ini bisa men-trigger imajinasi-imajinasi anak," ujarnya.

Pemeran Pelangi, Messi, mengaku menikmati proses syuting. "Selama syuting sangat enjoy karena orang-orangnya baik," kata dia.

Bagi aktris Lutesha, ini pertama kalinya dia syuting dengan teknologi Extended Reality (XR). XR mencakup semua teknologi imersif yang menggabungkan dunia nyata dan dunia virtual. Ini adalah spektrum luas yang terdiri dari Virtual Reality (VR), Augmented Reality (AR), dan Mixed Reality (MR). Saat syuting, XR mengubah cara pembuat film menciptakan dan berinteraksi dengan lingkungan visual, menawarkan fleksibilitas dan realisme yang belum pernah ada sebelumnya.

"Proses ini sangat menarik. Saat syuting dengan hasilnya jauh berbeda. Harus pandai-pandai berimajinasi. Tapi ternyata hasilnya bagus, bangga," kata Lutesha.

Hal senada disampaikan Rio Dewanto terkait teknologi XR yang dipakai ketika syuting. "Menyenangkan experience-nya karena ini pertama kali. Mungkin pernah melakukan hal seperti cuma adegan di mobil," ujarnya.

Dia mengatakan salah satu tantangan dalam film ini adalah ketika mengenakan baju astronaut. Selain bobotnya cukup berat, baju tersebut juga membuat gerah. "Ada kipas di baju, tapi kadang jadi kayak agak berisik, agak susah dengar orang ngomong," kata Rio.

Film Pelangi di Mars mengangkat kisah tentang kondisi bumi yang genting, lahirlah sebuah harapan di planet yang jauh, Mars. Di sanalah penonton akan bertemu dengan Pelangi, seorang gadis berusia 12 tahun yang diperankan dengan apik oleh Messi.

Pelangi adalah sosok unik, menjadi manusia pertama yang lahir dan tumbuh besar di Mars. Kehidupannya di planet merah itu diliputi kesunyian, terutama setelah ditinggal pergi oleh ibunya, Pratiwi, yang diperankan oleh Lutesha, dan seluruh koloni manusia yang telah meninggalkan Mars. Kesendiriannya, yang mungkin terasa memilukan, justru menjadi titik awal sebuah perjalanan luar biasa yang mengubah segalanya.

Kehidupan Pelangi yang sepi di Mars segera berubah ketika ia bertemu dengan sekelompok "robot rusak". Robot-robot ini, yang telah lama ditinggalkan dan mungkin dianggap tak berguna, ternyata menjadi kawan seperjalanan yang tak terduga. Bersama mereka, Pelangi memulai misi krusial untuk mengejar harapan terakhir umat manusia: sebuah mineral ajaib bernama Zeolith Omega. Mineral ini diyakini memiliki kekuatan luar biasa untuk memurnikan air di bumi, memberikan secercah harapan di tengah kegersangan yang melanda.

Narasi film ini tak hanya berfokus pada petualangan antariksa, tetapi juga menyelami tema-tema universal seperti persahabatan, ketangguhan, dan pentingnya harapan untuk masa depan yang lebih baik, semuanya dibingkai dalam visual yang memukau dan menyentuh hati. Karakter Pelangi sendiri bukan hanya sekadar protagonis; ia merepresentasikan harapan baru, keberanian seorang anak, dan kekuatan kolaborasi lintas batas antara manusia dan mesin.

Film ini secara cerdas mengeksplorasi bagaimana ketergantungan pada teknologi dapat bertransformasi menjadi kemitraan yang saling melengkapi dalam menghadapi tantangan besar. Melalui mata Pelangi dan interaksinya dengan robot-robot, penonton akan diajak merenungkan makna keberanian dan persahabatan sejati di tengah kondisi ekstrem.

Dalam acara character reveal yang baru saja digelar, publik disuguhkan dengan video yang memperkenalkan karakter-karakter robot unik yang akan menjadi pendamping setia Pelangi. Setiap robot memiliki desain visual yang inovatif, yang tidak hanya menghibur tetapi juga menyiratkan fungsi dan kepribadian mereka dalam petualangan ini.

Pendekatan visual yang segar, dipadukan dengan cerita yang menyentuh berbagai generasi — mulai dari anak-anak hingga dewasa — diharapkan menjadikan Pelangi di Mars sebuah karya sinematik yang tidak hanya bertujuan untuk menghibur. Lebih dari itu, film ini diharapkan dapat menginspirasi penonton tentang pentingnya menjaga lingkungan, persahabatan, dan tidak pernah menyerah pada harapan, bahkan di tengah krisis terparah sekalipun. 

Film Pelangi di Mars hingga kini belum ditentukan jadwal tayangnya. Tim produksi akan menyelesaikan dulu seluruh proses pascaproduksinya, baru setelah itu akan diumumkan lagi mengenai rencana jadwal tayang.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement