Jumat 11 Apr 2025 14:00 WIB

Maksa Anak Dapat Nilai Bagus? Hati-Hati ini 4 Dampak Negatifnya Menurut Psikolog

Terkadang keinginan orang tua berubah menjadi tekanan berlebihan bagi anak.

Anak dituntut dapat nilai bagus (ilustrasi). Menurut psikolog ada 4 dampak negatif jika menuntut anak mendapat nilai bagus.
Foto: Dok. Freepik
Anak dituntut dapat nilai bagus (ilustrasi). Menurut psikolog ada 4 dampak negatif jika menuntut anak mendapat nilai bagus.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Orang tua mana yang tidak ingin anaknya berprestasi? Tentu, hampir semua orang tua menginginkan yang terbaik untuk anak-anak mereka. Namun, terkadang keinginan tersebut berubah menjadi tekanan yang berlebihan, di mana orang tua menargetkan prestasi tinggi tanpa memahami proses dan kemampuan anak. 

Konselor dan psikolog Pendidikan Sekolah Cikal Serpong, Aina Putri Khairani, S.Psi, M.Psi, Psikolog, mengatakan ada empat dampak negatif yang ditimbulkan dari menekan anak untuk mendapat nilai bagus. Apa saja itu? Simak penjelasannya berikut ini:

Baca Juga

1. Mengalami masalah kesehatan mental

Dampak pertama yang dapat ditimbulkan dari pemaksaan dan tuntutan mencapai nilai bagus adalah gangguan mental. Aina mengungkapkan saat merasa tertekan, anak akan mengalami stres dan kecemasan.

“Memaksa anak mendapatkan nilai yang bagus akan menimbulkan stres dan kecemasan dari tingkat yang ringan sampai pada tingkat yang parah. Hal ini dapat dimanifestasikan melalui perilakunya seperti berkeringat, restless, atau sakit perut. Pada kondisi yang ekstrim, anak bisa sampai menunjukkan gejala fisik seperti sakit atau muntah.” kata Aina dalam keterangan tertulis yang diterima Republika.co.id pada Jumat (12/4/2025).

2. Menolak pergi ke sekolah

Tekanan untuk mendapat nilai bagus membuat sekolah dan belajar menjadi sesuatu yang menyeramkan untuk anak. Akhirnya, anak tidak mau pergi ke sekolah. “Karena tertekan, anak menjadi tidak siap menghadapi situasi belajar yang mungkin menegangkan dan menolak masuk kelas atau masuk sekolah," kata Aina.

3. Tidak dapat membuat keputusan sendiri

Anak yang terbiasa diarahkan dan tidak mendapat kesempatan untuk menentukan pilihannya sendiri akan tumbuh menjadi dewasa yang kurang percaya diri dalam mengambil keputusan dan sering mencari pengakuan dari orang lain. “Jika anak tidak diberikan kesempatan untuk menentukan targetnya sendiri dan terbiasa diarahkan dan ditentukan targetnya oleh orang tua, di masa depan ketika anak sudah dewasa dan tidak bersama orang tua, kemungkinan anak dapat menjadi orang dewasa yang tidak yakin dengan pilihannya dan selalu haus akan validasi, selalu perlu diyakinkan oleh orang lain dan tidak bisa mengukur kemampuannya sendiri," ujar Aina.

4. Merusak hubungan orang tua dan anak

Orang tua yang menekan anak untuk terus sempurna akan kecewa atau marah saat anak tidak mampu memenuhi ekspektasi mereka. Hal ini membuat anak takut dan tidak nyaman untuk berbagi masalah atau menceritakan kegagalan mereka.

“Jika tekanan yang diberikan tidak sesuai dengan ekspektasi prestasi yang dimiliki oleh si anak. Hal ini dapat menyebabkan anak menjadi tidak terbuka dengan orang tua, karena merasa takut dan tidak nyaman untuk menyampaikan kondisinya yang mungkin kesulitan untuk memenuhi ekspektasi orang tuanya. Komunikasi yang terjalin juga menjadi kurang hangat.” ujar Aina.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement