Kamis 13 Feb 2025 13:55 WIB

Tragedi Berdarah Daejeon: Guru Tikam Murid Hingga Meninggal, Pilih yang Pulang Terakhir

Pelaku memilih murid terakhir yang meninggalkan sekolah secara acak.

Rep: Gumanti Awaliyah/ Red: Qommarria Rostanti
Pembunuhan (Ilustrasi). Seorang guru perempuan berusia 40-an menikam siswi berusia 8 tahun hingga meninggal dunia di sebuah sekolah dasar di Kota Daejeon, Korea Selatan, pada Senin (12/2/2025).
Foto: pixabay
Pembunuhan (Ilustrasi). Seorang guru perempuan berusia 40-an menikam siswi berusia 8 tahun hingga meninggal dunia di sebuah sekolah dasar di Kota Daejeon, Korea Selatan, pada Senin (12/2/2025).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Seorang guru perempuan berusia 40-an menikam siswi berusia 8 tahun hingga meninggal dunia di sebuah sekolah dasar di Kota Daejeon, Korea Selatan, pada Senin (12/2/2025). Setelah melakukan aksinya, guru tersebut juga melukai diri sendiri dengan pisau, menurut pihak berwenang.

Polisi menemukan keduanya dengan luka tusukan di lantai dua gedung sekolah sekitar pukul 18.00 waktu setempat, setelah orang tua korban melaporkan putrinya belum juga pulang dari sekolah. Siswi tersebut dilarikan ke rumah sakit dalam keadaan tidak sadarkan diri, tetapi nyawanya tidak tertolong. Sementara itu, guru tersebut tetap sadar meskipun mengalami luka di leher dan tangan.

Baca Juga

Pada Selasa (13/2/2025), polisi menyatakan bahwa serangan ini telah direncanakan tetapi tidak menargetkan korban secara khusus. Berdasarkan pengakuannya, pelaku memilih murid terakhir yang meninggalkan sekolah secara acak.

Kronologi kejadian

Menurut polisi, insiden terjadi di ruang penyimpanan (storage room) yang terhubung dengan ruang audiovisual. Korban, yang diidentifikasi sebagai Kim Ha-neul, ditemukan dengan beberapa luka tusuk di wajah dan bahunya.

Guru tersebut mengaku membeli pisau di pasar terdekat sebelum kejadian dan telah membuka ruang audio visual, yang biasa terkunci, untuk menunggu murid terakhir keluar dari kelas sebelah. Korban lebih dulu dibujuk masuk ke ruang audiovisual, kemudian dicekik, dan akhirnya ditusuk.

“Saya tidak peduli siapa (korbannya). Untuk mati bersama, saya memilih murid terakhir yang meninggalkan program sepulang sekolah. Saya memberi tahu murid itu bahwa saya punya buku untuknya, dan membujuk dia masuk ke ruang audiovisual. Kemudian saya mencekik dan menusuknya,” kata guru tersebut, seperti dilansir laman Asia News Network, Kamis (13/2/2025).

Orang tua korban mulai khawatir karena hingga pukul 16.50 anaknya belum juga muncul untuk dijemput sopir bus akademi privatnya. Guru program sepulang sekolah awalnya mengatakan bahwa korban sudah meninggalkan kelas, tetapi setelah 10 menit berlalu tidak ada tanda-tanda kehadirannya. Sopir bus kembali menghubungi guru itu, yang akhirnya menyadari bahwa korban menghilang.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement