Kamis 12 Dec 2024 20:53 WIB

Dokter Sarankan Penderita Lupus Tunda Kehamilan Jika Penyakitnya Masih Aktif

Wanita penderita lupus disarankan mengobati lupus hingga mereda sebelum kehamilan.

Rep: Antara/ Red: Qommarria Rostanti
Ibu hamil (ilustrasi). Dokter menyarankan bagi wanita yang mengalami lupus dan ingin hamil sebaiknya mengobati lupusnya hingga mereda atau remisi setidaknya enam bulan sebelum rencana kehamilan.
Foto: Republika/Mardiah
Ibu hamil (ilustrasi). Dokter menyarankan bagi wanita yang mengalami lupus dan ingin hamil sebaiknya mengobati lupusnya hingga mereda atau remisi setidaknya enam bulan sebelum rencana kehamilan.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kehamilan bagi wanita dengan lupus dinilai bukan hal mustahil, namun memerlukan perencanaan yang matang. Jika lupus tidak terkontrol dengan baik, risiko komplikasi seperti keguguran, pre-eklampsia, bayi lahir prematur, atau bahkan kematian ibu dan bayi dapat meningkat.

Dokter spesialis penyakit dalam konsultan alergi imunologi klinik Universitas Indonesia Prof Dr dr Heru Sundaru Sp.PD K-AI mengatakan bagi wanita yang mengalami lupus dan ingin hamil sebaiknya mengobati lupusnya hingga mereda atau remisi setidaknya enam bulan sebelum rencana kehamilan. “Sebaiknya penderita lupus paling tidak enam bulan bebas atau gejalanya ringan sekali, jadi jangan hamil manakala lupus aktif,” kata Prof Heru dalam webinar mengenai lupus bersama RS Medistra yang diikuti di Jakarta, Rabu (11/12/2024).

Baca Juga

Lupus adalah penyakit autoimun kronis, di mana sistem imun menyerang tubuh. Heru mengatakan 85-90 persen wanita muda pada usia reproduksi 15-45 tahun rentan mengalami risiko lupus. Selain faktor hormon wanita, ada juga faktor genetik atau turunan dari riwayat keluarga yang juga menderita penyakit autoimun.

Pada wanita yang memiliki lupus aktif, kehamilan akan membuat gejala lupusnya semakin berat. Selain itu, pengobatan lupus juga akan mengganggu perkembangan janin dan bayi yang dilahirkan dari ibu dengan lupus aktif akan mengalami gangguan irama jantung karena antibodi ibu menyerang bayi.

“Kemudian ada juga lupus itu disertai penyakit anti-phospholipid syndrome, yaitu menjadi kekentalan darah dimana disini ada riwayat keguguran yang berulang-ulang, biasanya di bawah tiga bulan, atau bayinya tidak berkembang,” kata dia.

Ia menjelaskan phospolipid sindrom atau kekentalan darah akan menyebabkan aliran darah ke janin dari ibu terganggu sehingga janin tidak dapat suplai makanan. Akibatnya bayi bisa tidak hidup atau keguguran, bahkan jika usia kandungan 3 atau 4 bulan lebih perkembangan bayinya akan kecil atau bayi mati di dalam kandungan.

“Lupus tidak menyebabkan masalah kesuburan tapi berpengaruh langsung ke bayi,” ujarnya.

Dia mengatakan ibu yang ingin hamil dalam kondisi lupus harus memastikan lupus mereda atau tidak aktif agar perkembangan janin dan kesehatan ibu terjaga dengan mengonsumsi obat-obatan yang diresepkan dokter. Hindari juga risiko penyebab gejala lupus meningkat seperti paparan sinar matahari atau olahraga terlalu berat agar tidak terjadi kelelahan berat.

photo
Hal yang harus dihindari saat bayi demam - (Republika.co.id)

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement