Senin 21 Oct 2024 18:53 WIB

Joko Anwar Garap Film Terbaru Pengepungan di Bukit Duri, Bakal Dirilis 2025

Film Pengepungan di Bukit Duria bergenre thriller aksi.

Rep: Gumanti Awaliyah/ Red: Qommarria Rostanti

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Sutradara Joko Anwar mengumumkan film ke-11 yang menandai sebuah babak baru dalam karier perfilmannya. Setelah merilis film horor Siksa Kubur, kini Joko membuat gebrakan baru dengan menggarap film bergenre thriller-aksi berjudul Pengepungan di Bukit Duri.

Pengepungan di Bukit Duri mengambil latar tahun 2027, ketika situasi di Indonesia bergejolak. Menggambarkan kondisi masyarakat berada di ambang kehancuran, dipicu oleh diskriminasi dan kebencian rasial. Di tengah semua itu, muncul Edwin (diperankan Morgan Oey), guru pengganti di SMA DURI yang dikhususkan untuk siswa-siswi bermasalah. Situasi semakin rumit, Edwin menghadapi pertarungan untuk bertahan hidup ketika sekolah tempatnya mengajar mendadak berubah menjadi ajang pertarungan hidup dan mati.

Baca Juga

Joko mengatakan film ini mengangkat isu sosial terutama kekerasan di kalangan remaja, sesuatu yang sangat relevan dengan permasalahan yang terjadi di berbagai negara termasuk Indonesia. Meskipun memuat nilai dan pesan sosial, namun Joko berusaha untuk mengemas film ini menjadi tetap menghibur dan tidak menggurui.

“Pengepungan di Bukit Duri membawa isu yang relevan dan sangat dekat dengan kehidupan kita sekarang di Indonesia. Lewat film ini, saya berharap bisa mengajak penonton merenungkan kembali persepsi tentang keadilan dan empati. Tapi tentu filmnya ini akan tetap menghibur, segala aspek dipikirin, jadi penonton enjoy dan puas juga menontonnya,” kata Joko dalam konferensi pers di Epicentrum, Jakarta, Senin (21/10/2024).

Joko yang juga menulis skenario film ini, mengatakan bahwa skrip Pengepungan di Bukit Duri sebetulnya telah rampung sedari 2007. Namun Joko merasa bahwa ia membutuhkan kematangan, baik sebagai sineas atau individu, untuk bisa menggarap film ini. Karenanya dia berani menggarap film ini sekarang.

“Menurut saya, untuk bikin film ini tuh perlu kematangan saya, baik sebagai sineas ataupun individu. Karena tentu akan berbeda bagaimana saya melihat masalah kekerasan 17 tahun lalu, dan saya sekarang. Sebagai sutradara saya juga merasa sudah punya pengalaman yang cukup untuk membuat film ini,” kata Joko.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement