REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Era digital membawa kemudahan informasi, namun di sisi lain terutama bagi anak-anak, media sosial (medsos) menjelma menjadi medan ranjau yang penuh dengan konten negatif; mulai dari kekerasan, materi menyimpang, hingga cyberbullying yang mengikis kesehatan mental mereka. Berbagai pihak kompak menyerukan kewaspadaan tinggi, sebab paparan yang dianggap sepele ini ternyata dinilai memiliki dampak serius dan neurologis terhadap perkembangan otak dan karakter anak.
Guru Besar Psikologi dari Universitas Indonesia, Prof Rose Mini Agoes Salim, mengingatkan bahwa anak, terutama pada usia dini, berada dalam fase perkembangan kognitif yang sangat rentan. Pada usia ini, kemampuan mereka untuk memproses konsep abstrak dan membedakan antara konten rekayasa (pura-pura) dengan realitas masih sangat terbatas.
Kesulitan inilah yang menjadi pintu masuk utama kerusakan persepsi. Prof Rose memberikan contoh konkret. "Misalnya ketika anak melihat konten seseorang dipukul lalu hidup lagi, mereka tidak tahu bahwa itu hanya pura-pura. Mereka bisa mengira bahwa memukul orang tidak berbahaya," ujarnya kepada Republika.co.id pada Selasa (25/11/2025).
Kesalahpahaman fundamental semacam ini dianggap bukan sekadar kekeliruan sesaat. Menurut dia, jika tidak ada pendampingan, anak bisa berakhir memiliki persepsi keliru yang berisiko dicontoh dalam kehidupan sehari-hari.
Mereka bisa tumbuh menjadi sosok perundung, pemarah, dan menggunakan kekerasan terhadap teman atau keluarga. "Dia sangka nantinya mukul orang itu tidak apa-apa, karena di konten yang dia lihat begitu. Nah, ini yang berbahaya, karena kan kalau dipukul itu pasti sakit dan itu tidak boleh," ujarnya.
Prof Rose juga menyoroti bahwa paparan terus-menerus terhadap konten kekerasan atau materi yang tidak sesuai moral secara langsung merusak perkembangan sosial dan emosional anak, padahal untuk membentuk karakter yang positif, anak perlu diajarkan nilai-nilai vital seperti empati, kepedulian, dan kontrol diri. Semua nilai ini berpotensi terkikis oleh normalisasi kekerasan di dunia maya.
Oleh karena itu, Prof Rose menekankan pentingnya pendampingan orang tua untuk memberi penjelasan dan membantu anak memahami perbedaan antara dunia nyata dan adegan rekayasa. Menurutnya, tanpa pendampingan, anak dapat sulit mencerna informasi yang kompleks dan berakhir memiliki persepsi yang salah.