Jumat 04 Oct 2024 19:34 WIB

ID Food Percepat Penyaluran Bantuan Pangan Atasi Stunting

Stunting di NTT merupakan masalah kesehatan masyarakat yang mendesak.

Rep: Muhammad Nursyamsi / Red: Satria K Yudha
Sejumlah anak memperhatikan paket telur dan daging ayam saat penyaluran bantuan pangan penanganan stunting di Indramayu, Jawa Barat, Selasa (30/4/2024).
Foto: ANTARA FOTO/Dedhez Anggara
Sejumlah anak memperhatikan paket telur dan daging ayam saat penyaluran bantuan pangan penanganan stunting di Indramayu, Jawa Barat, Selasa (30/4/2024).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Holding BUMN pangan (ID Food) melalui anak perusahaannya, PT Rajawali Nusindo, memastikan penyaluran bantuan pangan penanganan stunting di provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) akan rampung 100 persen pada awal Oktober. Hal tersebut disampaikan Direktur Utama Rajawali Nusindo Wahyu Sakti saat acara penyaluran bantuan di Kupang, NTT, Jumat (4/10/2024).

"NTT mendapat kuota bantuan pangan stunting berupa telur dan daging ayam sebanyak 438 ribu paket pada 2024. Jumlah tersebut disalurkan dalam dua tahap dan akan selesai pada pekan ini," ujar Wahyu dalam keterangan tertulis di Jakarta, Jumat (4/10/2024).

Wahyu memerinci 438 ribu paket bantuan tersebut disalurkan kepada 73 ribu Keluarga Risiko Stunting (KRS) di wilayah NTT berdasarkan data dari Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN). Wahyu menyampaikan penyaluran di NTT pada setiap tahapan dilakukan di tujuh kabupaten dan kota, terdiri atas Atambua dengan kuota sebanyak 15.534 paket, Ende sebanyak 17.766 paket, Komodo 43.128, Kupang 48.438 paket, Maumere 26.265 paket, SOE 24.294 paket dan Waingapu 43.779 paket. 

"Setiap paket terdiri atas sepuluh butir telur ayam dan satu kg daging ayam," ucap Wahyu. 

Wahyu berharap kerja sama penyaluran bantuan pangan tersebut dapat memenuhi asupan gizi bagi keluarga yang mempunyai balita rawan stunting serta bagi ibu hamil. Hal ini dapat menurunkan tingkat prevalensi stunting di salah satu provinsi yang terletak di Indonesia Timur tersebut.

"Harapannya bantuan yang diberikan tersebut bisa bermanfaat dan segera bisa diolah untuk menambah asupan gizi bagi ibu hamil dan anak balita di wilayah NTT yang masuk ke dalam kategori rawan stunting," sambung Wahyu.

Wahyu menyampaikan stunting di NTT merupakan masalah kesehatan masyarakat yang cukup mendesak dan memerlukan perhatian serius. Berdasarkan berbagai laporan, NTT merupakan salah satu Provinsi kedua dengan angka stunting tertinggi di Indonesia setelah Provinsi Papua Pegunungan.

Wahyu menyebut prevalensi stunting di NTT pada 2023 sebesar 37,9 persen. Hal ini menunjukkan bahwa 37 hingga 38 dari 100 balita di NTT mengalami stunting. 

"Berdasarkan data aplikasi elektronik-Pencatatan dan Pelaporan Gizi Berbasis Masyarakat per Februari 2024, prevalensi stunting di NTT sebesar 15,2 persen atau sebanyak 61.961 anak stunting," kata Wahyu.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement