Rabu 14 Aug 2024 10:04 WIB

Peminum Alkohol Berisiko Lebih Tinggi Meninggal Karena Kanker

Studi ini menegaskan kembali bahwa tidak ada tingkat konsumsi alkohol yang aman.

Rep: Gumanti Awaliyah/ Red: Qommarria Rostanti
Menolak minuman beralkohol (ilustrasi). Sebuah studi baru menemukan bahwa individu yang rutin minum alkohol berisiko lebih tinggi meninggal dunia karena kanker.
Foto: www.freepik.com.
Menolak minuman beralkohol (ilustrasi). Sebuah studi baru menemukan bahwa individu yang rutin minum alkohol berisiko lebih tinggi meninggal dunia karena kanker.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sebuah studi baru menemukan bahwa individu yang rutin minum alkohol berisiko lebih tinggi meninggal dunia karena kanker. Dipublikasikan di jurnal medis JAMA Network, studi ini menjadi peringatan terkait risiko dari konsumsi alkohol.

Peminum alkohol berisiko tinggi lebih mungkin meninggal karena penyakit kardiovaskular, selain kanker dan penyebab lainnya. "Efek merugikan pada kanker (kematian) diamati sejak tetes pertama," kata dr Rosario Ortola, penulis utama studi dan asisten profesor di departemen kedokteran pencegahan dan kesehatan masyarakat di Autonomous University of Madrid, dilansir Euronews Health, Selasa (13/8/2024).

Baca Juga

Analisis ini melibatkan sekitar 135 ribu orang yang berusia 60 tahun ke atas dan terdaftar dalam kohort 2006-2010 dari UK Biobank - sebuah basis data biomedis berskala besar di Inggris Raya. Para peneliti memberikan skor kepada setiap orang berdasarkan risiko kesehatan dan faktor sosioekonomi lingkungan mereka, serta mengikuti hasil kesehatan mereka dari waktu ke waktu, dengan rata-rata 12,4 tahun.

Para peneliti menggunakan peminum sesekali sebagai kelompok pembanding, daripada mereka yang tidak minum alkohol (abstain), karena abstain biasanya mencakup orang-orang yang telah berhenti minum alkohol dan memiliki masalah kesehatan yang mungkin membuat mereka tidak memiliki kesamaan kondisi dengan peminum alkohol rutin, dengan mempertimbangkan semua faktor lainnya. Penelitian tersebut juga menemukan bahwa risiko kematian lebih tinggi di antara orang-orang yang memiliki masalah kesehatan, atau tinggal di kawasan yang kurang beruntung secara sosio-ekonomi, terlepas dari tingkat alkohol yang mereka minum. Hal ini mungkin disebabkan oleh gaya hidup yang kurang sehat dan kurangnya akses terhadap dukungan sosial dan layanan perawatan kesehatan.

“Temuan ini mengidentifikasi ketidaksetaraan dalam hasil kesehatan yang merugikan yang terkait dengan alkohol. Jadi, peran upaya kesehatan masyarakat untuk mengurangi beban penyakit yang tinggi dari penggunaan alkohol sangat penting,” kata para penulis studi.

Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), alkohol menyebabkan hampir 1 juta kematian per tahun di seluruh Eropa, dan wilayah ini memiliki tingkat konsumsi alkohol tertinggi di dunia. Alkohol adalah faktor risiko utama untuk kanker, penyakit jantung dan pencernaan, serta masalah kesehatan mental.

“Studi ini menegaskan kembali bahwa tidak ada tingkat konsumsi alkohol yang aman," kata Alessandro Gallina, manajer kebijakan untuk pencegahan penyakit tidak menular di Aliansi Kesehatan Masyarakat Eropa (EPHA).

Beberapa negara Eropa telah mengambil langkah untuk mengurangi dampak alkohol terhadap kesehatan. Mulai tahun 2026, misalnya, Irlandia akan mewajibkan minuman beralkohol untuk mencantumkan label risiko kanker dan penyakit hati. Norwegia, yang telah lama melarang iklan alkohol dan memungut pajak yang tinggi untuk alkohol, juga akan segera mewajibkan label kesehatan pada minuman beralkohol.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement