Selasa 02 Jul 2024 14:11 WIB

Zhang Zhi Jie Meninggal karena Henti Jantung, Bagaimana Pertolongan Pertama yang Tepat?

Henti jantung dinilai harus jadi dugaan utama jika terjadi kolaps pada atlet.

Rep: Gumanti Awaliyah/ Red: Qommarria Rostanti
Ucapan duka cita dari PBSI atas meninggalnya Zhang Zhi Jie.
Foto: dok PBSI
Ucapan duka cita dari PBSI atas meninggalnya Zhang Zhi Jie.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Atlet bulu tangkis China, Zhang Zhi Jie, dilaporkan meninggal dunia setelah mengalami henti jantung mendadak. Atlet tersebut kolaps hingga akhirnya meninggal dunia dalam laga BNI Badminton Junior Champions (BAJC) 2024 di Gor Amongrogo, Kota Yogyakarta Ahad (30/4/2024).

Menanggapi hal tersebut, dokter spesialis jantung dan pembuluh darah di Siloam Hospital, dr Vito Anggarino Damay menjelaskan henti jantung adalah kondisi medis serius di mana jantung berhenti berdetak secara tiba-tiba dan tidak dapat memompa darah ke seluruh tubuh. Gejala-gejala yang harus diwaspadai meliputi kehilangan kesadaran mendadak, tidak ada denyut nadi, dan berhenti bernapas.

Baca Juga

“Meskipun sering terjadi pada orang dewasa, henti jantung juga bisa dialami oleh anak muda dan bahkan atlet, seperti yang terlihat dalam beberapa kasus yang mencuat di media,” kata dr Vito saat dihubungi Republika.co.id pada Selasa (2/7/2024).

Menurut dr Vito, henti jantung harus menjadi dugaan utama apabila terjadi kolaps atau tidak sadarkan diri pada atlet tanpa adanya benturan fisik. Dokter Vito juga menekankan bahwa pertolongan pertama pada seseorang yang mengalami henti jantung sangat krusial.

Langkah pertama yang harus dilakukan adalah memastikan bahwa orang tersebut tidak sadarkan diri dan tidak bernapas, kemudian segera hubungi layanan darurat. Selanjutnya, lakukan CPR atau resusitasi jantung paru (RJP) dengan memberikan tekanan di dada (kompresi dada) secara ritmis dan kuat, serta jika tersedia, gunakan alat Automated External Defibrillator (AED) untuk membantu memulihkan irama jantung. Waktu adalah faktor penting, dan tindakan cepat dapat menyelamatkan nyawa.

“Namun dari peristiwa atlet badminton yang kolaps saat event internasional ini, yang penting disoroti adalah apakah ada yang melakukan CPR segera setelah kejadian. Atlet, wasit atau siapapun yang bertugas sebagai panitia penyelenggara sebaiknya bisa melakukan CPR apalagi petugas medis,” jelas dr Vito.

Dia menjelaskan bahwa penyebab henti jantung bisa beragam, termasuk penyakit jantung koroner, aritmia, kardiomiopati, dan gangguan listrik pada jantung. Gaya hidup yang tidak sehat, seperti pola makan buruk, kurang olahraga, merokok, dan konsumsi alkohol berlebihan, juga dapat meningkatkan risiko henti jantung.

Oleh karena itu, menjaga gaya hidup sehat sangat penting untuk mencegah kondisi ini. Namun pada atlet yang memang tentunya olahraga setiap hari sering kali adalah kondisi yang bukan berhubungan dengan pola hidup sehat dan mungkin bisa dikenali bila melakukan skrining jantung yang baik sebelumnya.

“Pemeriksaan EKG dan mungkin bila perlu USG jantung akan direkomendasikan. Selain itu treadmill test dan holter monitoring atau bahkan elektrofisiologi dan MRI bisa memberikan petunjuk lebih jelas apakah perlu pemasangan alat semacam pacu jantung pada orang muda yang berisiko henti jantung mendadak,” kata dr Vito.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement