REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Nyeri punggung bawah bisa terasa menyiksa bahkan menghalangi penderitanya untuk beraktivitas dengan nyaman. Untungnya, sebuah studi baru menemukan bahwa program berjalan kaki dapat secara signifikan mengurangi risiko kekambuhan nyeri punggung bawah secara konstan pada orang dewasa.
Para peneliti Australia, yang mempublikasikan hasil penelitiannya di The Lancet, merekrut lebih dari 700 orang dewasa di seluruh negeri yang baru saja sembuh dari episode nyeri punggung bawah non spesifik, yang berlangsung setidaknya 24 jam dan mengganggu aktivitas sehari-hari mereka. Para peserta dibagi menjadi dua kelompok: satu kelompok menerima program jalan kaki dan edukasi individual yang dipandu oleh fisioterapis selama enam bulan, dan kelompok lainnya tidak menerima pengobatan sama sekali selama penelitian.
Para peserta kemudian diikuti dengan cermat selama setidaknya satu tahun, hingga maksimal hampir tiga tahun untuk beberapa peserta. Para peneliti dengan cermat melacak kekambuhan nyeri punggung bawah yang cukup parah sehingga membatasi aktivitas sehari-hari.
"Penelitian kami telah menunjukkan bahwa cara latihan yang efektif dan mudah diakses ini memiliki potensi untuk berhasil diimplementasikan dalam skala yang jauh lebih besar daripada bentuk latihan lainnya. Hal ini tidak hanya meningkatkan kualitas hidup masyarakat, tetapi juga mengurangi kebutuhan mereka untuk mencari bantuan layanan kesehatan dan jumlah waktu cuti kerja sekitar setengahnya,” kata penulis utama dr Natasha Pocovi seperti dilansir Study Finds, Jumat (21/6/2024).
Lantas apa saja yang dilakukan dalam intervensi yang berpotensi menyelamatkan punggung ini? Intervensi ini menggunakan prinsip-prinsip pelatihan kesehatan, di mana fisioterapis bekerja secara personal dengan para peserta untuk merancang dan secara progresif meningkatkan rencana jalan kaki yang disesuaikan berdasarkan usia, tingkat kebugaran, dan tujuan individu.
Prosesnya dimulai dengan konsultasi selama 45 menit untuk memahami riwayat masing-masing peserta, melakukan pemeriksaan, dan meresepkan "dosis jalan kaki" awal, yang kemudian ditingkatkan secara bertahap. Target yang dipandu adalah untuk berjalan kaki setidaknya 30 menit per hari, lima kali per pekan, selama enam bulan.
Selama periode ini, para peserta juga mengikuti edukasi untuk membantu mengatasi ketakutan tentang nyeri punggung sambil mempelajari strategi mudah untuk mengelola sendiri kekambuhannya.
Mereka diberikan pedometer dan buku harian untuk melacak kemajuan jalan kaki mereka.
Dampak dari intervensi langsung ini sangat mengejutkan. Dibandingkan dengan kelompok kontrol, peserta program jalan kaki mengalami risiko yang jauh lebih rendah untuk mengalami kekambuhan nyeri punggung bawah yang membatasi aktivitas sehari-hari.
Secara keseluruhan, risiko tersebut turun sebesar 28 persen. Yang lebih mengesankan lagi, waktu rata-rata untuk kambuh hampir dua kali lipat bagi mereka yang berada dalam kelompok jalan kaki (208 hari) dibandingkan dengan kelompok kontrol (112 hari). Hasil untuk setiap kekambuhan nyeri punggung bawah, terlepas dari dampaknya terhadap aktivitas dan kekambuhan yang membutuhkan perawatan medis, menunjukkan penurunan risiko yang sama menjanjikannya.
Sederhananya, orang-orang yang terlibat dalam program berjalan kaki tetap bebas dari rasa sakit selama hampir dua kali lebih lama daripada orang lain yang tidak mengobati nyeri punggung bawah mereka.
"Berjalan kaki adalah olahraga yang murah, mudah diakses dan sederhana yang bisa dilakukan oleh hampir semua orang, tanpa memandang lokasi geografis, usia, atau status sosial ekonomi," kata penulis senior makalah tersebut, Profesor Fisioterapi di Macquarie University, Mark Hancock.