REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ada beberapa faktor yang dinilai dapat mendorong pertumbuhan kosmetik di Indonesia. Ketua Umum Persatuan Perusahaan Kosmetika Indonesia (Perkosmi) Sancoyo Antarikso mengatakan, faktor pertama adalah kondisi demografi Indonesia di mana memiliki jumlah penduduk terbanyak keempat sedunia.
Fakta itu membuat potensi konsumen produk kosmetik pun cukup menjanjikan bagi industri. "Dari sisi demografi memang penduduk Indonesia ini nomor 4 sedunia jadi secara jumlah, size cukup menjanjikan," kata Sancoyo dalam pembukaan ajang Indonesia Cosmetics Ingredients (ICI) Expo 2024 di Jakarta Pusat, Rabu (29/5/2024).
Faktor berikutnya adalah komposisi penduduk Indonesia yang didominasi oleh generasi muda. Menurut Sancoyo, generasi muda lebih banyak menggunakan produk-produk kosmetik.
Kendati demikian, kata Sancoyo, industri kosmetik kini juga berupaya melebarkan jangkauan konsumennya menjadi lebih universal baik dari sisi usia, gender, dan lainnya. "Penduduk muda ini keterpaparan terhadap kosmetika jauh lebih tinggi. Meskipun sekarang upaya untuk melebarkan konsumen itu ada, baik dari sisi usia, gender, dan lain sebagainya itu ada," ujarnya.
Menurut Sancoyo, tingkat kesejahteraan masyarakat juga berkontribusi dalam meningkatkan pertumbuhan industri kosmetik dalam negeri. Hal itu disebabkan semakin tinggi kesejahteraan masyarakat maka kebutuhan dan konsumsi terhadap produk kosmetik dan perawatan tubuh juga ikut meningkat.
Faktor terakhir adalah informasi mengenai produk kosmetik yang semakin mudah didapat masyarakat berkat kehadiran akses internet. Informasi mengenai tren kecantikan global bisa dengan mudah didapatkan sehingga dapat mendorong konsumsi kosmetik di Indonesia.
"Konsumen Indonesia sudah semakin canggih dan informed dengan penetrasi internet semakin dalam sehingga tren-tren di global itu semakin cepat masuk ke Indonesia. Selain itu juga informasi tentang kosmetik juga semakin mudah ditemukan jadi penggunanya juga semakin tinggi," ujar Sancoyo.
Dalam kesempatan yang sama, Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita memaparkan pelaku usaha industri kosmetik nasional mengalami peningkatan sebesar 43,11 persen dalam 3 tahun terakhir dari 726 usaha tahun 2020 menjadi 1.040 usaha pada 2023.
Kemudian, kelompok industri farmasi, obat kimia, obat tradisional, bahan kimia dan barang kimia yang di dalamnya termasuk industri kosmetik memberikan kontribusi terbesar kedua bagi PDB dari sektor industri pengolahan setelah industri makanan dan minuman. "Kelompok industri bahan kimia dan barang dari bahan kimia, yang di dalamnya termasuk industri kosmetik, juga memiliki kontribusi yang cukup baik yaitu 6,8 persen terhadap PDB sektor industri pengolahan dan kontribusi ini menempati posisi nomor 2 setelah kontribusi industri makanan yang mencapai sebesar 17,2 persen," kata dia.