Jumat 03 May 2024 19:18 WIB

Dokter Sebut TEVAR dan EVAR Metode Minimal Invasi Guna Obati Aorta

Alat TEVAR DAN EVAR ditempatkan melalui lubang kecil di pangkal paha dan perut.

TEVAR dan EVAR merupakan dua prosedur medis dengan invasi minimal guna mengembalikan fungsi aorta serta mengurangi risiko pecahnya aorta.
Foto: Foto : MgRol112
TEVAR dan EVAR merupakan dua prosedur medis dengan invasi minimal guna mengembalikan fungsi aorta serta mengurangi risiko pecahnya aorta.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Konsultan intervensi kardiovaskular di Heartology Hospital dr Suko Adiarto mengatakan bahwa TEVAR dan EVAR merupakan dua prosedur medis dengan invasi minimal guna mengembalikan fungsi aorta serta mengurangi risiko pecahnya aorta. Suko mengatakan pada Thoracic Endovascular Aortic Repair (TEVAR), alat ditempatkan melalui lubang kecil di pangkal paha, sedangkan pada EVAR (Endovascular Aneurysm Repair), alat diletakkan melalui perut.

"Perangkat ini terbuat dari jaring logam berlapis yang akan terbuka penuh di bawah sinar-X. Nantinya, alat tersebut mampu menguatkan aorta agar tetap terbuka, dan memperbaiki dinding pembuluh darah yang membentuk kantung aneurisma," ujarnya.

Baca Juga

Dia menjelaskan metode EVAR dan TEVAR sering dilakukan sebagai tindakan minim sayatan sehingga pasien tidak memerlukan tindakan bedah, cukup dengan memasang stent graft ke dalam pembuluh darah aorta.

Dia menilai kedua prosedur ini memiliki keuntungan dibandingkan dengan tindakan open heart (bedah) seperti waktu pemulihan yang lebih cepat, risiko komplikasi yang lebih rendah, dan prosedur dengan tingkat invasi yang lebih sedikit.

Sebagai pembuluh darah utama dan terbesar dari sistem peredaran darah, lanjutnya, aorta memiliki fungsi sangat penting dalam mengalirkan darah kaya oksigen dari jantung ke seluruh tubuh melalui cabang-cabangnya.

Karena perannya yang vital ini, ujarnya, gangguan pada aorta dapat meluluhlantakkan tubuh hingga mengakibatkan kematian. Salah satu penyakit pada pembuluh darah yang perlu diwaspadai adalah aneurisma aorta yakni pelebaran abnormal pada dinding aorta.

Dia menyebutkan risiko penyakit itu dapat terjadi karena pembesaran aorta bisa pecah sewaktu-waktu. Hal tersebut mampu menyebabkan terjadinya pendarahan masif dan syok.

"Sayangnya pembesaran aorta ini dapat terjadi tanpa gejala sama sekali," katanya.

Pembesaran oarta paling....

 

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement