Sabtu 20 Apr 2024 17:24 WIB

Dokter: Puasa tak Berarti Otomatis Menurunkan Gula Darah Dalam Tubuh

Bulan Ramadhan mempengaruhi pola tidur setiap orang yang berpuasa.

Diabetes (Ilustrasi).
Foto: Freepik
Diabetes (Ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dokter Spesialis Penyakit Dalam dari Rumah Sakit Umum Pusat Nasional dr Cipto Mangunkusumo (RSCM) dr Farid Kurniawan mengatakan puasa tidak selalu menurunkan gula darah dalam tubuh jika pola hidup tidak diperhatikan dengan baik.

"Puasa Ramadhan kita tahunya gula darah pasti bagus, rendah, tapi itu tidak selalu yang terjadi," katanya dalam diskusi mengenai diabetes seusai Lebaran yang diikuti secara daring di Jakarta, Sabtu (20/4/2024).

Baca Juga

Farid menjelaskan kadar gula darah dalam tubuh tidak hanya dipengaruhi dengan makanan yang dikonsumsi, namun juga pola tidur yang dijalani.

Menurutnya, Bulan Ramadhan mempengaruhi pola tidur setiap orang yang berpuasa. Namun, hal tersebut kadang tidak diperhatikan banyak orang, salah satunya penderita diabetes, sehingga gula darah penderita diabetes tetap tinggi meskipun berpuasa.

Kondisi tersebut, menurut Farid, dapat mempengaruhi kondisi tubuh penderita diabetes seusai Ramadhan, seperti saat merayakan Idul Fitri dan melakukan halalbihalal yang kerap menyajikan aneka jenis makanan.

"Kalau tidak dikendalikan dengan baik, maka bisa berisiko pada pasien diabetes, karena bisa membuat gula darah rendah sekali atau hipoglikemia dan juga bisa tinggi sekali atau hiperglikemia," ujarnya.

Untuk mengendalikan kadar gula darah, Farid menganjurkan kepada penderita diabetes untuk menjaga mulut dari 3J atau jenis, jumlah, dan jadwal makanan setelah Idul Fitri.

Ia mengimbau penderita gula darah harus makan secara teratur sesuai jadwal, dengan tiga kali makan berat dan dua kali makan ringan, dengan memberikan jumlah atau porsi makan sesuai anjuran dokter, serta memilih jenis makanan dengan indeks glikemik yang rendah seperti buah-buahan dan kacang-kacangan.

Selain itu, ia juga mengimbau kepada penderita diabetes untuk tidak mengonsumsi produk olahan tepung seperti roti dan mi karena memiliki indeks glikemik yang tinggi.

Farid juga mengimbau masyarakat untuk melakukan olahraga, seperti latihan aerobik sebanyak tiga sampai lima kali per minggu, dengan waktu 30-45 menit per sesi, ditambah dengan latihan beban ringan setidaknya dua kali seminggu untuk menstabilkan massa otot dan gula darah.

sumber : ANTARA
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement