Sabtu 20 Apr 2024 06:52 WIB

Guru Besar UGM Sebut Anemia Aplastik Akibat Obat Jarang Terjadi

Masyarakat diminta rutin pantau efek samping obat apapun yang dikonsumsi.

Kejadian anemia aplastik akibat obat termasuk jarang, satu kasus per satu juta pengguna.
Foto: www.pixabay.com
Kejadian anemia aplastik akibat obat termasuk jarang, satu kasus per satu juta pengguna.

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Guru Besar Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada (UGM) Prof Zullies Ikawati buka suara terkait kasus anemia aplastik yang diakibatkan mengonsumsi obat-obatan. Katanya, kasus tersebut jarang terjadi.

"Kejadian anemia aplastik akibat obat termasuk jarang. Apalagi seperti obat sakit kepala yang hanya digunakan dalam jangka pendek," kata Zullies, dalam keterangannya, Jumat (19/4/2024).

Baca Juga

Hal itu disampaikan Zullies menanggapi unggahan di platform salah satu media sosial yang menyebut salah satu merek obat sakit kepala memiliki efek samping memicu anemia aplastik. Menurut dia, lembaga pengawasan obat pasca-pemasaran di Indonesia belum pernah menjumpai laporan kejadian anemia aplastik akibat mengonsumsi obat.

Apalagi obat sakit kepala yang beredar di Indonesia, menurutnya, sudah mendapatkan izin BPOM dan aman digunakan. "Selama digunakan sesuai dengan petunjuk pemakaiannya. Adanya informasi pada kemasan tentang risiko menyebabkan anemia aplastik memang perlu dicantumkan sesuai aturan BPOM, walaupun kejadiannya sangat jarang yaitu satu kasus per satu juta pengguna," ujarnya.

Dia mengimbau masyarakat tidak perlu khawatir mengkonsumsi obat sakit kepala, meski ada informasi tentang efek samping anemia aplastik pada kemasannya. Apabila mengalami gejala sakit kepala yang terus menerus dan tidak kunjung sembuh dengan obat sakit kepala biasa, Zullies menyarankan segera diperiksakan ke dokter karena mungkin merupakan gejala gangguan penyakit lain yang lebih berat.

Selain itu dia mendorong masyarakat rutin memantau efek samping obat-obat apapun, terutama jika digunakan dalam jangka waktu lama atau dalam dosis tinggi. "Jika mengalami gejala yang mencurigakan seperti kelelahan yang tidak biasa, mudah memar, atau infeksi yang sering, sangat penting untuk segera menghubungi dokter," katanya.

Zullies mengakui ada beberapa obat yang dilaporkan dapat berisiko menyebabkan anemia aplastik. Kemungkinan itu, menurut dia, hanya pada penggunaan yang kronis dengan dosis besar dan tidak terjadi pada setiap orang.

Meski jarang terjadi, beberapa obat yang dilaporkan berisiko menyebabkan anemia aplastik antara lain antibiotik Chloramphenicol, obat anti-inflamasi non-steroid seperti Indomethacin dan Fenylbutazon.

Penyakit anemia aplastik menjadi populer setelah komedian Babe Cabita meninggal dunia akibat mengidapnya.

 

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement