Kamis 18 Apr 2024 00:04 WIB

3 Negara Larang Celana Dalam Renda, Apa Memang Berbahaya?

Celana dalam berbahan katun dapat memberikan kenyamanan terbaik.

Rep: Adysha Citra Ramadani/ Red: Reiny Dwinanda
Perempuan melipat pakaian dalam yang telah dicuci (Ilustrasi). Celana dalam berbahan renda dilarang penjualannya di tiga negara.
Foto: EPA-EFE/Alba Vigaray
Perempuan melipat pakaian dalam yang telah dicuci (Ilustrasi). Celana dalam berbahan renda dilarang penjualannya di tiga negara.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Celana dalam renda banyak digemari karena tampilannya yang cantik. Meski disukai banyak perempuan, peredaran celana dalam renda ternyata dilarang di tiga negara.

Ketiga negara yang memberlakukan larangan terhadap celana dalam renda adalah Rusia, Belarus, serta Kazakhstan. Larangan ini sudah diberlakukan secara efektif sejak 2014.

Baca Juga

Kehadiran larangan ini sempat disambut dengan protes dari masyarakat. Protes ini muncul karena warga merasa pemerintah terlalu mengatur cara berpakaian mereka. Masyarakat menekankan bahwa mereka memiliki hak untuk memilih pakaian dalam apapun bahannya.

Di sisi lain, pemerintah Rusia, Belarus, serta Kazakhstan mengeklaim bahwa larangan terhadap celana dalam renda diterapkan demi melindungi kesehatan perempuan. Menurut pemerintah di ketiga tersebut, celana dalam renda yang tak dilapisi kain katun itu tidak higienis dan bisa memicu masalah kesehatan pada organ kewanitaan perempuan.

Berkaitan dengan kontroversi ini, ahli uroginekologi dr Jennifer Angler menyatakan bahwa celana dalam berbahan katun merupakan jenis celana dalam yang dapat memberikan kenyamanan terbaik. Alasannya, bahan katun bisa mencegah timbulnya kelembapan dan menjaga area vagina tetap bersih.

Di samping itu, katun yang lembut juga berpeluang lebih kecil untuk menyebabkan iritasi vulva. Oleh karenanya, bahan katun dipandang sebagai "standar emas" untuk celana dalam.

"Katun merupakan material yang sangat lembut, mudah menyerap, dan menunjang sirkulasi udara," jelas ahli uroginekologi, dr Victoria Scott, seperti dilansir Huffington Post pada Rabu (17/4/2024).

Berbeda dengan katun, bahan-bahan sintetis seperti spandex dan nilon bisa memerangkap kelembapan dan panas bila digunakan sebagai celana dalam. Kombinasi antara kelembapan dan panas ini dapat menciptakan lingkungan ideal untuk tumbuhnya bakteri serta jamur yang dapat memicu infeksi.

Oleh karena itu, orang-orang dengan masalah kesehatan tertentu sangat dianjurkan tidak menggunakan celana dalam selain celana dalam berbahan katun. Sebagai contoh, orang-orang yang rentan mengalami infeksi jamur, vaginosis bakteri, atau infeksi saluran kemih.

"(Karena bahan katun lebih lembut) katun berpeluang lebih kecil untuk menyebabkan iritasi vulva," kata dr Scott.

Bila ingin menggunakan celana dalam renda, dr Angler menyarankan perempuan untuk memakai insert atau lapisan tambahan berbahan katun pada bagian celana dalam yang menutupi vagina. Selain dapat melindungi kesehatan vulva dan vagina, penggunaan lapisan berbahan katun juga bisa memberikan kenyamanan ekstra.

Adakah risiko penggunaan celana dalam bukan katun?

Celana dalam yang tidak menggunakan bahan katun pada bagian selangkangan (crotch) dapat menyebabkan area vagina menjadi lembap. Kondisi ini bisa mempermudah bakteri dan jamur untuk bertumbuh dan menyebabkan infeksi.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement