REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Setelah poster filmnya ramai dikritik karena dinilai menghina ibadah sholat, Leo Pictures yang memproduksi Kiblat bekerja sama dengan Legacy Pictures dan 786 Production masih belum mengeluarkan pernyataan apapun. Permintaan wawancara dari Republika.co.id sejak kemarin hingga berita ini dipublikasikan juga belum direspons.
Melihat poster filmnya, Ketua Majelis Ulama Indonesia Bidang Dakwah KH Cholil Nafis menilai visual yang ditampilkan telah melampui batas dan bisa dianggap sebagai penghinaan terhadap agama Islam. Hal yang sama disuarakan secara luas oleh warganet di media sosial.
"Saya tidak tahu isi filmnya maka belum bisa komentar. Tapi gambarnya serem kok judulnya Kiblat ya. Saya buka-buka arti 'kiblat' hanya Ka’bah, arah menghadapnya orang-orang sholat," ucap Kiai Cholil dalam unggahan di media sosialnya yang dikirim ke Republika.co.id, Senin (25/3/2024).
Mengingat poster mengilustrasikan isi filmnya, menurut Kiai Cholil, Kiblat tidak pantas untuk dijadikan konsumsi hiburan karena bisa menjadi kesalahpahaman di masyarakat. Ia pun dengan tegas meminta agar film Kiblat tidak ditayangkan karena bisa saja menjadi kampanye hitam terhadap ajaran agama Islam.
"Kalau ini benar, sungguh film ini tidak pantas diedar dan termasuk kampanye hitam terhadap ajaran agama, maka film ini harus diturunkan dan tidak boleh tayang," ujarnya.
Leo Pictures rencananya akan menayangkan film Kiblat pada tahun ini. Hanya saja, menurut Lembaga Sensor Film, film arahan sutradara Bobby Prasetyo itu belum diserahkan secara utuh untuk mendapatkan Surat Tanda Lulus Sensor (STLS).
"Filmnya itu sendiri belum masuk ke LSF jadi belum ada penyensoran karena belum masuk, tapi pernah ada produser meminta LSF meninjau," ungkap Wakil Ketua LSF, Ervan Ismail, kepada awak media, Senin (25/3/2024).
Ervan mengaku pihaknya pernah diminta produser film Kiblat untuk meninjau terlebih dahulu. LSF kemudian melakukan peninjauan dan memberikan beberapa catatan terhadap film yang skenarionya ditulis oleh Lele Laila itu.
Lele merupakan penulis skenario film horor yang sangat produktif. Pemilik nama asli Laila Nurazizah itu menulis naskah Danur: I Can See Ghosts (2017), Danur 2: Maddah (2018), dan Danur 3: Sunyaruri (2019).