REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Kementerian Kesehatan Imran Pambudi mengatakan, kolaborasi penting dalam eliminasi penyakit tuberkulosis (TBC) untuk mencegah isu multiaspek, karena dampak penyakit tersebut tidak hanya pada aspek kesehatan namun juga aspek lainnya.
"Partisipasi masyarakat terkait TBC untuk saat ini masih belum maksimal, sebagian masih menganggap bahwa TBC hanyalah urusan sektor kesehatan. Padahal penyakit TBC tidak hanya berdampak pada aspek kesehatan, tetapi juga aspek psiko-sosial-ekonomi," kata Imran dalam pernyataannya yang diterima di Jakarta, Sabtu (9/3/2024).
Dia menyebutkan bahwa dari sejumlah tantangan dalam pencegahan penyakit itu, kolaborasi multisektor yang kurang maksimal adalah salah satunya. Selain itu, katanya, perilaku hidup sehat masih kurang diterapkan masyarakat.
Menurut Imran, tantangan lainnya adalah stigma tentang penyakit TBC yang masih melekat di sebagian masyarakat, termasuk pada sejumlah pasien TBC dan tenaga kesehatan. Oleh karena itu, edukasi dan kepedulian masyarakat terkait TBC perlu ditingkatkan.
"TBC merupakan penyakit kronis yang dapat menular dengan mudah melalui udara yang terkontaminasi dengan bakteri Mycobacterium tuberculosis. TBC dapat terjadi pada segala kalangan dan semua kelompok usia," katanya.
Dia mengutip data dari Global TB Report 2023, yang menunjukkan bahwa estimasi beban kasus TBC baru di Indonesia mengalami peningkatan dari semula 969.000 kasus menjadi 1.060.000 kasus atau 385 per 100.000 penduduk (10 persen), dengan angka kematian sebesar 134.000 atau 49 per 100.000 penduduk.
Guna mencegah tuberkulosis, katanya, Pemerintah menggencarkan sejumlah langkah, yaitu pemberian Imunisasi BCG yang menjadi salah satu Imunisasi Dasar Lengkap untuk bayi usia 0 - 11 bulan, pemberian Terapi Pencegahan TBC (TPT) bagi orang yang tinggal bersama dengan pasien TBC, orang dengan HIV (ODHIV), dan populasi berisiko lainnya.
"Pemerintah Indonesia mulai terlibat dalam upaya pengembangan vaksin TBC, saat ini ada tiga jenis vaksin yang dikembangkan," katanya menambahkan.
Selain itu, Imran menuturkan bahwa upaya-upaya lainnya adalah penerapan Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI) TBC bagi tenaga kesehatan/kader, serta penyebaran media Komunikasi, Informasi dan Edukasi tentang gejala dan pencegahan TBC berupa poster, leaflet, iklan layanan masyarakat, posting di media sosial, dan lainnya.
Menurutnya, upaya-upaya tersebut memerlukan dukungan serta kolaborasi dari berbagai pihak, tidak hanya dari sektor kesehatan, namun dukungan dari kementerian dan lembaga terkait lainnya, pemerintah daerah, organisasi masyarakat sipil, organisasi penyintas TBC, serta pemangku kepentingan lainnya.