Rabu 06 Mar 2024 15:14 WIB

Taylor Swift Terima Rp 47 Miliar Sekali Manggung Agar Hanya Tampil di Singapura

Taylor Swift mengadakan enam konser dari 2 hingga 9 Maret 2024 di Singapura.

Rep: Rahma Sulistya/ Red: Friska Yolandha
 American singer songwriter Taylor Swift performS during the first night of The Eras Tour in Australia at the Melbourne Cricket Ground, Melbourne, Australia, 16 February 2024. Taylor Swift
Foto:

Sementara itu, Perdana Menteri Singapura Lee Hsien Loong dikecam di sela-sela pertemuan tersebut, mengenai kesepakatan menguntungkan dan eksklusif yang dibuat negaranya dengan Swift. Sehingga mencegah Swift membawa Eras Tour-nya ke perhentian lain di Asia Tenggara.

Swift mengadakan enam konser dari 2 hingga 9 Maret 2024 di Singapura. Beberapa negara tetangganya di Asia Tenggara mengeluh, bahwa kesepakatan Singapura membuat mereka tidak bisa menikmati peningkatan pariwisata yang dibawa oleh konser Swift ke negaranya.

Eras Tour-nya memecahkan rekor ketika dilaporkan melampaui 1 miliar dollar tahun lalu, dan film adaptasi turnya dengan cepat mengambil peringkat pertama di box office dan menjadi film konser terlaris hingga saat ini.

Pemimpin Singapura itu mengkonfirmasi pada Selasa lalu, bahwa Swift diberikan ‘insentif tertentu’ sebagai imbalan karena menjadikan Singapura satu-satunya tujuan Asia Tenggara dalam Eras Tour-nya.

Lee mengkonfirmasi kesepakatan tersebut pada konferensi pers bersama dengan Perdana Menteri Australia Anthony Albanese, yang mengaku sebagai Swiftie yang daftar Spotify Wrapped-nya menjadikan Taylor Swift sebagai artis kedua yang paling banyak diputar pada 2023.

Albanese menjadi tuan rumah pertemuan puncak di Melbourne, bertepatan dengan peringatan 50 tahun Australia menjadi mitra eksternal pertama ASEAN. Lee tidak mengungkapkan biaya kesepakatan eksklusif tersebut, yang dibayar dari dana pemerintah untuk membangun kembali pariwisata setelah gangguan akibat Covid-19. Ia juga tidak menjawab secara langsung ketika ditanya apakah ia bertikai dengan para pemimpin lain akibat perjanjian tersebut.

Tapi ia menyatakan bahwa jika Singapura tidak membuat perjanjian eksklusif, negara tetangga mungkin akan melakukan hal yang sama. “Ternyata ini merupakan pengaturan yang sangat sukses. Saya tidak melihat hal itu sebagai tindakan yang tidak ramah,” kata Lee. Perwakilan Swift tidak segera menanggapi permintaan komentar.

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement