REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dokter spesialis penyakit dalam di Rumah Sakit (RS) Fatmawati, Jakarta Selatan, dr Anak Agung Arie Widyastuti, Sp.PD mengatakan pasien diabetes yang melewatkan sahur dan terlambat berbuka puasa bisa berisiko mengalami hipoglikemia.
Hipoglikemia merupakan kondisi kadar gula darah lebih rendah dari 70 mg/dL dan ditandai gejala ringan seperti lemas, gemetar dan jantung berdebar-debar. Lalu muncul keringat dingin, pucat hingga berat antara lain kejang dan hilangnya kesadaran.
"Pada saat puasa tentunya asupan akan berkurang. Saat puasa Ramadhan, risiko hipoglikemia yang bisa terjadi pada pasien diabetes yang tidak puasa pun akan semakin meningkat," ujar dia melalui seminar daring yang dipantau di Jakarta, Selasa (5/3/2024).
Selain melewatkan sahur, penyebab pasien bisa mengalami hipoglikemia saat berpuasa juga meliputi penggunaan dosis insulin atau obat antidiabetes yang tidak tepat.
Menurut dia, apabila dosis insulin terlalu tinggi maka tentunya risiko hipoglikemia atau risiko gula turun terlalu banyak juga semakin besar. Kondisi demikian berlaku untuk penggunaan obat antidiabetes.
Karena itu, Arie menyarankan pasien untuk berkonsultasi dengan dokter mengenai cara penggunaan insulin atau obat antidiabetes yang biasa dikonsumsi saat berpuasa.
Selain itu, aktivitas fisik berlebihan juga dapat menjadi penyebab pasien mengalami hipoglikemia.
"Olahraga membutuhkan energi dan energi kita dapatkan dari gula. Nah ketika asupannya (gula) sudah berkurang akibat adanya puasa, tetapi digunakannya berlebihan (untuk aktivitas fisik berlebihan) ya kadar gula darahnya akan rendah," kata Arie.
Kiat dokter
Pasien diabetes dapat menurunkan risiko atau mencegah hipoglikemia dengan berkonsultasi dengan dokter sebelum berpuasa. Nantinya dokter akan memberikan rekomendasi termasuk cara menyesuaikan minum obat, nutrisi yang perlu dipenuhi saat berbuka puasa dan sahur serta waktu penyuntikan insulin.
"1,5 bulan sebelumnya (berpuasa) sebaiknya dokter sudah menilai, bagaimana penyesuaian obat, nutrisi dan aktivitas fisik. Atau suntik insulin, harus didiskusikan dengan dokter," kata Arie
Di sisi lain, dia mengingatkan pasien agar tetap memeriksa kadar gula darahnya kala berpuasa, apalagi pemeriksaan ini tidak membatalkan puasa.
"Lalu, kiat lainnya mengakhirkan sahur dan menyegerakan untuk berbuka Jangan lupa berolahraga setelah berbuka," tutur Arie.
Arie menyarankan pasien diabetes membatalkan puasa kala mengalami hipoglikemia agar tidak mengalami risiko kesehatan yang lebih berat. Begitu pula bila saat glukosa darah lebih dari 300 mg/dL.
"Kalau sudah berat, jangan dipaksakan (tetap berpuasa). Atau tanda-tanda penyakit akut lainnya, misalnya, demam tinggi, sesak napas, nyeri dada juga sebaiknya menghentikan puasa," kata dia.
Lalu, saat pasien mengalami hipoglikemia ditandai tanda peringatan dini seperti pucat, berkeringat, berdebar-debar, maka harus segera memeriksa kadar gula darah dengan glukometer.
Penanganan hipoglikemia didasarkan gejalanya yakni ringan atau berat. Gejala ringan bisa ditangani dengan memberi pasien makanan dengan kadar gula tinggi.
"10-20 gram atau 2-3 sendok makan, bisa juga bentuk tablet, jelly, permen, minum 150-200 cc minuman yang mengandung gula seperti teh atau jus buah segar," kata Arie.
Setelah 15-20 menit mengonsumsi gula, pasien perlu kembali memeriksakan kadar glukosa darahnya.
Sementara pada pasien hipoglikemia berat, apalagi hingga tidak sadarkan diri, maka orang terdekat pasien harus cepat membawanya ke rumah sakit.
"Karena penanganan yang terbaik pada pasien seperti ini adalah dengan memberikan glukosa melalui infus dan ini harus dengan pengawasan medis," katanya.