REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin menegaskan pentingnya deteksi dini dan pencegahan diabetes sebagai upaya menekan risiko komplikasi dan pembiayaan kesehatan yang terus meningkat. Diabetes masih menjadi salah satu penyakit dengan beban pembiayaan terbesar.
Penyakit diabetes berpotensi menimbulkan komplikasi serius jika tidak ditemukan lebih awal. Karena itu diperlukan pemeriksaan berkala, termasuk pada kelompok usia anak dan remaja, guna mendorong perubahan perilaku sejak dini.
"Diabetes bukan hanya soal gula darah. Dampaknya luas, mempengaruhi kualitas hidup, produktivitas hingga pembiayaan negara. Karena itu kita harus bergerak lebih cepat melalui deteksi dini dan pencegahan,” ujar Budi, dalam keterangan pers, Senin (17/11/2025).
Sebagai bagian dari penguatan deteksi dini, menurut dia, program Cek Kesehatan Gratis (CKG) akan menjadi strategi berbasis populasi untuk menemukan faktor risiko maupun kasus diabetes lebih awal di masyarakat. Melalui program itu, pemerintah ingin memastikan warga mengetahui kondisi kesehatannya sebelum terlambat mendapatkan intervensi.
Selain skrining, Kementerian Kesehatan juga memperkuat pencatatan dan pelaporan melalui integrasi data digital kesehatan (registry), serta memperluas akses obat, termasuk insulin, secara bertahap bagi pasien yang membutuhkan.
Budi menegaskan, penanganan diabetes membutuhkan dukungan lintas sektor, mulai dari keluarga, komunitas, fasilitas kesehatan hingga dunia pendidikan dan lingkungan kerja. “Kesehatan adalah investasi jangka panjang. Kita ingin generasi muda tumbuh sehat dan bebas komplikasi diabetes. Ini hanya bisa dicapai dengan kolaborasi semua pihak,” katanya pada peringatan Hari Diabetes Sedunia di RSUP Fatmawati Jakarta itu.
Direktur Medik dan Keperawatan RSUP Fatmawati Jakarta, Muhammad Azhari Taufik mengungkapkan bahwa jumlah pasien diabetes tipe 1 yang ditangani rumah sakit meningkat signifikan dalam dua tahun terakhir. Data rumah sakit menunjukkan peningkatan pasien rutin dari 38 orang pada 2024 menjadi 65 orang pada 2025, sejalan dengan kecenderungan kasus di Jakarta.
Menurut dia penanganan diabetes, terutama pada anak, tidak hanya mengandalkan terapi medis, tetapi juga membutuhkan dukungan sosial, pendampingan keluarga serta pembiayaan jangka panjang. Dalam hal ini pemerintah dan fasilitas kesehatan perlu memastikan anak-anak dengan diabetes tetap dapat tumbuh, belajar, dan berprestasi.
Azhari juga menekankan pentingnya digitalisasi data kesehatan melalui platform Satu Sehat agar penanganan dan monitor pasien dapat dilakukan lebih efektif dari hulu ke hilir. "Integrasi data akan membuat proses pemantauan lebih mudah dan kebijakan lebih tepat sasaran," kata dia.