REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Guru Besar Bidang Ilmu Urologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) Prof Agus Rizal Ardy Hariandy Hamid mengungkapkan sering terbangun pada tengah malam untuk melakukan Buang Air Kecil (BAK) bisa jadi gejala pria mengalami kanker prostat.
"Gejala kanker prostat di awal (biasanya) sering terbangun untuk kencing. Jadi awalnya tidur dulu, kemudian terbangun untuk BAK," katanya dalam diskusi mengenai kanker prostat yang diikuti secara daring di Jakarta, Selasa (20/2/2024).
Agus mengatakan gejala tersebut cukup sering terjadi pada seorang pria yang mengalami kanker prostat. Untuk itu, kata dia, para pria dewasa perlu mencurigai kemungkinan terkena kanker prostat jika mengalami hal tersebut.
Adapun gejala lainnya, ungkap dia, adalah perubahan perilaku dalam BAK, seperti menjadi lambat, menjadi semakin sering, atau perubahan sifat seperti kencing yang memerah dan berbau yang tidak seperti biasanya.
Menurut dia, gangguan tersebut mirip seperti gangguan yang sejenis pada penderita diabetes, gangguan ginjal, dan gangguan pada saluran kemih lainnya. "Ya, betul, sama (gejalanya), jadi kalau ada gangguan kemih, kita akan periksa semuanya," ucap dia.
Untuk itu, Agus menganjurkan kepada siapapun yang mengalami gejala tersebut untuk melakukan tes Prostat Specific Antigen (PSA) sebagai langkah deteksi dini penyakit ini, sehingga bisa lebih cepat ditangani.
Tes tersebut, lanjut dia, dianjurkan kepada pria yang mengalami gejala serupa, serta kepada pria berusia lebih dari 50 tahun setiap tahunnya, agar kanker prostat dapat dideteksi sejak dini, serta meningkatkan peluang kesembuhannya. "Penelitian menemukan pasien kanker prostat stadium satu yang telah dioperasi memiliki 95 persen (kemungkinan) orang itu tidak akan mengalami kambuhan selama 10 tahun ke depan," ujarnya.
Senada dengan Agus, sebelumnya, Menteri Kesehatan (Menkes) RI Budi Gunadi Sadikin mengatakan deteksi dini terhadap kanker merupakan salah satu upaya yang dapat dilakukan masyarakat untuk meningkatkan peluang kesembuhan penyakit kanker. "Satu yang paling penting, harus deteksi dini. Kalau ketahuannya cepat, 90 persen bisa sembuh. Kalau ketahuannya terlambat, 90 persen wafat," katanya.
Untuk itu, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI telah berupaya meningkatkan layanan skrining dengan melengkapi 10 ribu puskesmas di 514 kabupaten/kota di Indonesia dengan alat deteksi dini kanker, sehingga masyarakat dapat melakukan deteksi dini kanker dengan mudah.