Jumat 02 Feb 2024 15:15 WIB

Muslimah 'The Nuruls' Tuai Perdebatan, Asma Nadia Ajak Lihat Fenomenanya dari Dua Sisi

The nuruls maknanya sama dengan kerdus alias kerudung dusta pada masa lalu.

Rep: Rahma Sulistya/ Red: Reiny Dwinanda
Penulis kondang Asma Nadia mengajak masyarakat memandang fenomena the nuruls dari dua sisi.
Foto: Thoudy Badai_Republika
Penulis kondang Asma Nadia mengajak masyarakat memandang fenomena the nuruls dari dua sisi.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Keberadaan "the nuruls" sedang menjadi perbincangan hangat warganet beberapa pekan terakhir. Sebagian orang memandang Muslimah berhijab itu "problematik" dan meresahkan karena mereka masih senang nongkrong dan dugem, meski di tempat yang tidak menjual alkohol.

Istilah ini pun mulai diprotes karena kata "nurul" memiliki makna yang baik. Mengenai fenomena "the nuruls", penulis novel best seller Asma Nadia mengajak untuk memandangnya dari dua sisi.

Baca Juga

"Sebenarnya, apakah tepat 'the nuruls' ini sama dengan Muslimah problematik? Karena di satu sisi, walau pakaiannya beda, tidak ideal, tapi pertama mereka tetap berjilbab, kedua mereka tetap tim nonalkohol. Ini sisi positifnya," ucap Asma saat dihubungi Republika.co.id, Kamis (1/2/2024).

Label "the nuruls" memang baru muncul belakangan ini. Asma mengenang, dulu juga ada istilah "kerdus" alias "kerudung dusta" dan "jilboobs" yang berarti Muslimah berjilbab tapi berpakaian ketat. Artinya, fenomena Muslimah berjilbab namun belum ideal ini sudah ada sejak lama.

 

Dalam buku Jangan Jadi Muslimah Nyebelin! karyanya, Asma juga menulis dalam Bab 1 tentang perilaku Muslimah di media sosial. Hal-hal yang membuat Muslimah jadi menyebalkan di media sosial pernah Asma tulis berbekal survei sederhana. Mayoritas orang menganggap bahwa Muslimah nyebelin itu adalah yang sedikit-sedikit curhat di media sosial.

"Asma juga membahas Muslimah yang joget-joget di TikTok. Tapi ketika mengangkat itu, nggak semua joget-joget sih, ada yang jari doang, bukan tarian yang parah. Ada yang joget-joget lucu, itu hal lain. Tapi kalau itu sensual, dengan gerakan erotis, juga kemudian dengan pakaian yang menonjolkan lekuk tubuh Muslimah, itu menjadi tidak ideal," papar Asma.

Soal "the nuruls", menurut Asma, Muslimah perlu kembali merenungkan tujuan berjilbab. Apalagi, jika tujuannya memang untuk hijrah.

"Yang tadinya berpakaian terbuka, akhlaknya belum baik, lalu memiliki komitmen untuk jadi lebih baik dengan jilbab, maka harus pelan-pelan berubah menjadi Muslimah yang lebih baik," kata Asma.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement