REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Aktor asal Korea Selatan, Lee Sun-kyun, meninggal dunia pada Rabu (27/12/2023). Lee ditemukan di dalam mobil di mana di sampingnya ada briket batu bara atau arang.
Hal itu menjadi dasar dugaan cara Lee nekat mengakhiri hidup sendiri dengan menghirup asap beracun. Seberapa bahaya menghirup asap briket arang?
Dilansir The Quint, Kamis (28/12/2023), Kepala Dinas Pemadam Kebakaran Delhi (DFS) Atul Garg mengatakan membakar arang di ruang tertutup mana pun, seperti berkemah atau garasi, atau bahkan balkon yang ventilasinya tidak memadai, dapat menyebabkan keracunan karbon monoksida. Saat membakar arang di ruang tertutup, semua oksigen di dalam ruangan akan habis.
"Hal ini menghasilkan karbon monoksida, sesuatu yang tidak dapat Anda cium tetapi berakibat fatal jika terhirup. Anda harus benar-benar menghindari pembakaran di ruang tertutup atau seseorang bisa kehilangan nyawanya dalam waktu sekitar tiga jam,” kata Garg.
Dilansir laman Mayo Clinic, karbon monoksida adalah gas yang tidak berbau, tidak berasa, atau berwarna. Pembakaran bahan bakar, termasuk gas, kayu, propana atau arang, menghasilkan karbon monoksida.
Peralatan dan mesin yang ventilasinya tidak baik dapat menyebabkan gas menumpuk hingga tingkat berbahaya. Ruang yang tertutup rapat membuat penumpukannya semakin parah.
Keracunan karbon monoksida terjadi ketika karbon monoksida menumpuk di dalam darah. Ketika terlalu banyak karbon monoksida di udara, tubuh mengganti oksigen dalam sel darah merah dengan karbon monoksida. Hal ini dapat menyebabkan kerusakan jaringan yang serius atau bahkan kematian.
Keracunan karbon monoksida paling berdampak pada otak dan jantung. Paparan dari waktu ke waktu dapat menimbulkan gejala yang dapat disalahartikan sebagai flu tanpa demam. Gejala keracunan karbon monoksida yang lebih jelas meliputi sakit kepala, kelemahan, pusing, mual atau muntah, sesak napas, kebingungan, penglihatan kabur, kantuk, hilangnya kendali otot, dan penurunan kesadaran.
Gejala yang berhubungan dengan sistem saraf dan otak bisa muncul setelah sembuh dari keracunan karbon monoksida. Risiko penyakit ini lebih tinggi pada orang yang kehilangan kesadaran akibat karbon monoksida dan orang lanjut usia. Gejala mungkin termasuk hilang ingatan, perubahan kepribadian, dan masalah pergerakan.
Keracunan karbon monoksida bisa sangat berbahaya bagi orang yang sedang tidur, orang yang dibius atau mabuk. Karbon monoksida dapat menyebabkan kerusakan otak atau kematian sebelum seseorang menyadari adanya masalah. Untuk kemungkinan keracunan karbon monoksida, carilah udara segar dan segera dapatkan perawatan medis.
Mayo Clinic juga menjelaskan lebih detail melalui situs webnya terkait penyebab keracunan karbon monoksida. Menurut Mayo Clinic, banyak produk dan mesin pembakaran bahan bakar menghasilkan karbon monoksida.
Sering kali jumlah karbon monoksida dari sumber-sumber ini tidak perlu dikhawatirkan di daerah dengan aliran udara yang baik. Namun jika digunakan di ruangan yang sebagian tertutup atau ruangan tertutup, kadar karbon monoksida bisa berbahaya. Contohnya adalah penggunaan pemanggang arang di dalam ruangan atau menjalankan mobil di dalam garasi.
Menghirup asap menyebabkan karbon monoksida menggantikan oksigen dalam darah. Hal ini mencegah oksigen mencapai jaringan dan organ.