Ahad 10 Dec 2023 10:32 WIB

Ulasan Film Hamka & Siti Raham (Vol 2): Inspiratif, Banyak Momen Mengharukan

Ada banyak momen mengharukan dan menggetarkan di film Hamka & Siti Raham (Vol 2).

Rep: Shelbi Asrianti/ Red: Qommarria Rostanti
Salah satu adegan di film Hamka & Siti Raham (Vol 2) .
Foto: Dok Falcon Pictures/Starvision
Salah satu adegan di film Hamka & Siti Raham (Vol 2) .

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Film kedua dari trilogi biopik Buya Hamka, yang diberi judul Hamka & Siti Raham (Vol 2) segera tayang di bioskop Indonesia pada 21 Desember 2023. Sinema arahan sutradara Fajar Bustomi itu menyoroti perjuangan sosok Buya Hamka setelah menjadi penulis dan ulama besar.

Berbagai dimensi hidup Hamka divisualkan dengan apik dalam film ini, diperankan aktor Vino G Bastian. Utamanya, setelah Hamka berkeluarga. Pada awal film, dikisahkan ketika Hamka harus bergerilya di berbagai nagari di Sumatra Barat, dalam periode agresi Belanda pascakemerdekaan.

Baca Juga

Sesukar apa pun hidup Hamka, selalu ada Siti Raham (Laudya Cynthia Bella), sang istri yang setia mendampingi Hamka dan merawat anak-anak mereka. Begitu pun saat Hamka dan keluarga hijrah ke Jakarta, Raham menemani perjuangan Hamka. Tantangan yang dia hadapi berubah bentuknya, meski tak bisa disebut mereda.

Dituding subversif karena kerap menyindir Presiden Soekarno (Anjasmara) lewat terbitan media yang dia miliki, Hamka harus mendekam di penjara. Ada banyak penderitaan yang dia rasakan di sana, bahkan penyiksaan. Namun, periode itu juga memiliki hikmahnya.

Sebab, selama berada di dalam penjara, Hamka berkesempatan melanjutkan penulisan kitab tafsir al-Azhar. Isi kitab itu berasal dari ceramah atau kuliah Subuh yang disampaikan Hamka di Masjid Agung al-Azhar sejak tahun 1959. Saat berada di penjara pula, Hamka dibantu sosok sipir bernama Dadang (Alfie Alfandy).

Berbagai rincian kisah dalam film ini amat inspiratif, sekaligus menambah wawasan mengenai sosok Hamka. Ada banyak momen mengharukan, menggetarkan hati, dan menyesakkan. Sebut saja saat Hamka difitnah, dituding plagiat, atau harus merasakan pahitnya jeruji besi. Namun, penonton sesekali juga akan tertawa karena selipan humor ringan.

Aspek yang patut mendapat pujian dari film ini salah satunya adalah menghadirkan sosok Buya Hamka yang mirip, utamanya saat usia paruh baya hingga tua. Totalitas kru film "mendandani" Vino menjadi mirip Hamka layak diacungi jempol, sehingga berbagai adegan kian pas disimak.

Selain itu, pilihan bahasa sangat berpengaruh dalam membantu penonton mendalami kisah Hamka dan Siti Raham secara autentik. Sebagian besar dialog menggunakan bahasa Minang. Supaya penonton memahami dialognya, ada terjemahan bahasa Indonesia pada layar. 

Menampilkan sosok Siti Raham dalam banyak porsi adegan di film ini juga merupakan pilihan tepat. Kehadiran Siti Raham tidak hanya sebagai pendamping, namun punya andil besar dalam hidup Hamka, juga ketika sosok ulama itu harus membuat pilihan penting.

Salah satunya, ketika Hamka gamang akan melepas status kepegawaian di Kementerian Agama. Akhirnya, dia memilih mengundurkan diri dan melanjutkan perjuangan untuk umat. Tak lain ialah karena Siti Raham menenangkan hatinya dan berkata, "Sudahlah, Engku, jadi Hamka saja".

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement