REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Perusahaan penerbit dari berbagai negara menggelar gerakan Pekan Baca Palestina untuk mendukung perjuangan warga Palestina. Melalui gerakan ini, para penerbit memberikan ruang bagi penulis-penulis Palestina agar karya dan suara mereka lebih didengar.
"Kami menghargai keberanian, kreativitas, dan resistensi warga Palestina, kecintaan mendalam mereka terhadap tanah bersejarah milik mereka, dan penolakan mereka untuk dihapus atau dibungkam, meski menghadapi tindak kekerasan genosida Israel yang mengerikan," jelas para penerbit yang tergabung dalam organisasi Publishers for Palestine, seperti dikutip dari laman resminya pada Jumat (1/12/23).
Sebagai pekerja budaya yang mencermati kata-kata dan bahasa, Publishers for Palestine mencatat bahwa genosida ini diawali dengan tindakan pemimpin-pemimpin militer Israel yang menggunakan kata human animal atau hewan berwujud manusia untuk membenarkan serangan mereka kepada warga sipil di Gaza. Menurut Publishers for Palestine, tindakan Israel yang menggunakan kata-kata tersebut sangat mengejutkan, mengingat bangsa Israel pernah mengalami hal yang sama di masa lalu dalam konteks genosida.
Tak hanya itu, serangan bertubi-tubi yang dilakukan oleh Israel juga menyebabkan puluhan jurnalis di Gaza tewas. Sedangkan dalam ranah seni budaya, muncul perlakuan yang tidak adil terhadap penulis dan pekerja di bidang penerbitan yang menyuarakan dukungan untuk Palestina.
Belum lama ini misalnya, Frankfurt Book Fair/Litprom menolak penyelenggaraan upacara penganugerahan hadiah yang diterima oleh penulis asal Palestina, Adania Shibli. Penolakan ini mendorong lebih dari 1.000 penulis ternama untuk menandatangani surat protes terhadap Frankfurt Book Fair.
Publishers for Palestine juga menyoroti insiden pembatalan kegiatan pembacaan penulis Viet Thanh Nguyen di pusat budaya New York, 92Y. Nguyen merupakan penulis novel sekaligus pemenang Penghargaan Pulitzer yang vokal menyuarakan dukungannya untuk Palestina.
Penulis Mohammed el Kurd juga mengalami penolakan yang sama seperti Nguyen di University of Vermont. Selain itu, editor Artforum Magazine, David Velasco, juga mengalami pemecatan sepihak setelah menerbitkan surat dukungan untuk pembebasan Palestina.
Rentetan peristiwa tidak adil yang menimpa jurnalis hingga penulis dan pekerja di penerbitan ini menguak keterlibatan mendalam dari organisasi-organisasi penerbitan dan sastra Barat dengan kepentingan politik dan ekonomi Amerika Serikat serta Israel. Oleh karenanya, mereka membungkam dan menghukum para penulis yang lantang menyuarakan soal Palestina.
"Kami mengecam keterlibatan mereka semua yang bekerja dalam penerbitan korporat maupun independen yang memungkinkan atau membiarkan represi ini melalui kepengecutan mereka, kebungkaman, dan kerjasama mereka dengan tuntutan-tuntutan para donor, penyandang dana, dan pemerintah pendudukan imperialis Israel," kata Publishers for Palestine.
Dalam pernyataan resmi, Publishers for Palestine mengecam keras upaya pemolisian dan penyensoran terhadap para penulis, upaya perundungan dan pelecehan terhadap pegawai dan pemilik toko, serta intimidasi kepada pekerja penerbitan yang menunjukkan solidaritas mereka untuk Palestina. Publishers for Palestine menegaskan bahwa penerbitan seharusnya mengejawantahkan kebebasan, ekspresi budaya, serta perlawanan.
"Sebagai penerbit, kami berdedikasi untuk menciptakan ruang-ruang bagi suara-suara kreatif dan kritis Palestina dan bagi semua yang berdiri bersolidaritas melawan imperialisme, zionisme, serta kolonialisme-pemukim," ujar Publishers for Palestine.
Berangkat dari rasa solidaritas ini, Publishers for Palestine menggelar gerakan Pekan Baca Palestina. Gerakan ini dimulai pada 29 November 2023 dan berakhir pada 5 Desember 2023.
Selama pekan ini berlangsung, Publishers for Palestine mengajak warga dunia untuk membaca buku fiksi dan puisi karya penulis Palestina dan diaspora Palestina. Selain buku fiksi dan puisi, warga dunia juga bisa membaca buku non fiksi mengenai sejarah, politik, seni, budaya, dan kehidupan warga Palestina selama Pekan Baca Palestina berlangsung.
Untuk memudahkan warga dunia ikut berpartisipasi dalam gerakan ini, Publishers for Palestine telah mengunggah daftar bacaan gratis yang bisa diunduh dengan mudah. Beragam buku dalam bentuk ebook ini disediakan oleh seluruh perusahaan penerbit yang berpartisipasi. Sebanyak 38 penerbit di antaranya merupakan penerbit asal Indonesia.
"Kami mendorong pembaca untuk membuat unggahan di media sosial mengenai buku Palestina favorit mereka, kutipan dari penulis favorit mereka," ujar Publishers for Palestine.