Kamis 02 Nov 2023 07:15 WIB

Jarang Tidur Nyenyak Tingkatkan Risiko Demensia

Selain durasi tidur, kualitas tidur juga penting untuk diperhatikan.

Rep: Adysha Citra Ramadani/ Red: Qommarria Rostanti
Wanita yang jarang tidur nyenyak (ilustrasi). Jarang tidur nyenyak dikaitkan dengan risiko demensia.
Foto: Republika/Wihdan
Wanita yang jarang tidur nyenyak (ilustrasi). Jarang tidur nyenyak dikaitkan dengan risiko demensia.

REPUBLIKA.CO.ID. JAKARTA -- Tidur yang tidak nyenyak pada malam hari dapat memberikan perasaan kurang segar ketika terbangun pada pagi hari. Dalam jangka panjang, jarang tertidur dengan nyenyak dapat meningkatkan risiko demensia pada hari tua.

"Kita menemukan bahwa proses penuaan berkaitan dengan penurunan frekuensi terjadinya tidur di tahap terdalam, yang dikenal sebagai slow wave sleep (tidur gelombang lambat)," ujar peneliti senior Matthew P Pase, seperti dilansir WebMD pada Rabu (1/11/2023).

Baca Juga

Tim peneliti juga menemukan bahwa orang-orang yang jarang tertidur hingga ke tahap slow wave sleep berisiko lebih besar terhadap demensia. Risiko mereka terhadap demensia bisa meningkat secara signifikan dalam waktu 17 tahun setelahnya.

Studi yang dipublikasikan dalam JAMA Neurology ini melibatkan 346 orang partisipan dengan rerata usia 69 tahun. Tidur para partisipan sempat dipantau selama dua malam pada awal 1990-an.

Setelah 17 tahun, para partisipan menjalani pemantauan tidur yang sama. Namun kali ini, sebanyak 52 partisipan sudah terdiagnosis dengan demensia.

Hasil studi menunjukkan, penurunan frekuensi tidur nyenyak dalam tahap slow wave sleep berkaitan dengan peningkatan risiko demensia sebanyak 27 persen. Kondisi tersebut juga berkaitan dengan peningkatan risiko penyakit Alzheimer sebesar 32 persen.

Tim peneliti juga menemukan bahwa kemampuan individu untuk tertidur hingga ke tahap slow wave sleep mengalami penurunan setelah memasuki usia 60 tahun. Penurunan ini mencapai puncaknya saat individu berusia 75-80 tahun. Setelah itu, penurunan terjadi dengan kecepatan yang lebih lamban.

Dokter dari Institute for Neurodegenerative Disease yang tidak terlibat dalam studi, Richard Isaacson MD, turut berkomentar mengenai temuan ini. Menurut Isaacson, studi ini menyoroti bahwa kualitas tidur bisa memengaruhi penurunan fungsi kognitif dan kemunculan demensia.

Berdasarkan temuan ini, Isaacson menganjurkan agar orang-orang tidak hanya terpaku pada durasi tidur pada malam hari. Untuk mengoptimalkan kesehatan, orang-orang juga perlu memperhatikan dan menjaga kualitas tidur pada malam hari sebaik mungkin.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement