Rabu 11 Oct 2023 07:25 WIB

Mengapa Hipertensi Disebut Silent Killer? Ini Alasannya

Hipertensi terjadi saat tekanan darah dalam arteri tubuh meningkat secara persisten.

Rep: Desy Susilawati/ Red: Natalia Endah Hapsari
Hipertensi sering disebut sebagai silent killer (pembunuh diam-diam) karena umumnya tidak menimbulkan gejala yang jelas pada penderitanya, tetapi berisiko menyebabkan masalah serius.(ilustrasi).
Foto: www.freepik.com.
Hipertensi sering disebut sebagai silent killer (pembunuh diam-diam) karena umumnya tidak menimbulkan gejala yang jelas pada penderitanya, tetapi berisiko menyebabkan masalah serius.(ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA-Hipertensi, atau dikenal juga dengan istilah tekanan darah tinggi, adalah kondisi medis yang umum dijumpai di masyarakat, tetapi sering kali tidak disadari oleh pengidapnya. Jika tidak dikelola dengan baik, kondisi ini berisiko menimbulkan masalah terhadap kesehatan. 

Dokter Spesialis Penyakit Dalam RS Pondok Indah – Puri Indah, dr Wirawan Hambali, SpPD, FINASIM menjelaskan hipertensi adalah kondisi medis di mana tekanan darah dalam arteri tubuh meningkat secara persisten. Sementara itu, tekanan darah merupakan kekuatan yang diberikan oleh darah saat mengalir melalui arteri. 

Baca Juga

"Hipertensi sering disebut sebagai silent killer (pembunuh diam-diam) karena umumnya tidak menimbulkan gejala yang jelas pada penderitanya, tetapi berisiko menyebabkan masalah serius pada pembuluh darah dan organ penting tubuh, seperti jantung, otak, mata, ginjal, dan organ tubuh lainnya jika tidak ditangani dalam jangka panjang," ujarnya dalam siaran pers yang diterima Republika.co.id, Rabu (11/10/2023).

Berdasarkan panduan American College of Cardiology/American Heart Association tahun 2017, hipertensi dapat didiagnosis apabila tekanan darah menetap tinggi lebih dari satu kali pengukuran, yaitu jika menetap lebih dari sama dengan 130/80 mmHg. 

Adapun, pengukuran tekanan darah harus mengikuti kaidah seperti tidak sambil berbicara, kandung kemih kosong, menggunakan ukuran manset yang tepat, telapak tangan tidak mengepal dan lengan sejajar dengan jantung. 

Pengukuran tekanan darah dapat dilakukan baik dalam posisi duduk, maupun berbaring, selama lengan yang diukur berada dalam posisi sejajar dengan jantung. Selain itu, tungkai atau kaki tidak menyilang, serta tubuh dan kaki dalam topangan yang cukup.

 

Faktor risiko hipertensi

Beberapa faktor risiko yang berhubungan dengan hipertensi meliputi:

1. Usia risiko hipertensi meningkat seiring bertambahnya usia.

2. Faktor genetik

Adanya anggota keluarga dengan riwayat hipertensi dapat meningkatkan risiko seseorang terkena penyakit yang sama. 

3. Gaya Hidup

Konsumsi garam berlebihan, kurangnya aktivitas fisik, obesitas, merokok, dan konsumsi alkohol berlebihan merupakan faktor-faktor gaya hidup yang berkontribusi pada mbulnya penyakit inim

4. Diet tidak sehat

Kebiasaan dietdengan kandungan nggi lemak jenuh, kolesterol, dan gula dapat berperan dalam perkembangan hipertensi.

5. Stres

Kondisi tekanan psikologis kronis dapat turut memengaruhi tekanan darah Adanya kondisi medis lain 

6. Gangguan hormon, gangguan tidur seperti sleep apnea, penyakit pankreas, dan lain sebagainya juga dapat meningkatkan risiko hipertensi

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement