Jumat 29 Sep 2023 22:40 WIB

Hati-Hati Pilih Kata Ketika Bicara karena Bisa Pengaruhi Kesehatan Mental

Seseorang disarankan lebih cermat dalam berkata sebab bisa mengimbas suasana hati.

Rep: Shelbi Asrianti/ Red: Qommarria Rostanti
Kesehatan mental (ilustrasi). Cara seseorang berbicara dan pemilihan kata dalam obrolannya sehari-hari disebut bisa memengaruhi kesehatan mental.
Foto: Pixabay
Kesehatan mental (ilustrasi). Cara seseorang berbicara dan pemilihan kata dalam obrolannya sehari-hari disebut bisa memengaruhi kesehatan mental.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Cara seseorang berbicara dan pemilihan kata dalam obrolannya sehari-hari disebut bisa memengaruhi kesehatan mental. Seseorang disarankan lebih cermat dalam berkata-kata, sebab itu semua bisa mengimbas suasana hati.

Tanpa disadari, seseorang bisa salah memilih bahasa, lantas kata-kata yang buruk itu memicu kecemasan, depresi, dan perasaan negatif. Sebaliknya, jika digunakan dengan baik dan tepat, bahasa dapat mengembalikan rasa kendali dan membantu seseorang mengatasi masalah.

Baca Juga

Terapis dari Human Givens, Denise Winn, mencontohkan kata-kata yang sebaiknya tidak diucapkan. Misalnya, "Aku mengalami hari yang buruk." Kesimpulan sesaat itu bisa mengimbas sisa hari dan semuanya akan menjadi benar-benar buruk seperti yang "diramalkan".

Sebagian orang memang punya kecenderungan untuk tergelincir ke prasangka ekstrem. Sedikit kejadian kurang mengenakkan membuat individu merasa seluruh harinya terganggu. Padahal, masih banyak momen menyenangkan dalam sehari bila seseorang mau melihat lebih dekat.

"Seseorang bisa dengan mudah menyerah pada kesengsaraan atau bahkan keputusasaan karena gangguan kecil atau khayalan. Bahasa negatif yang diucapkan akan memperburuk keadaan," ungkap Winn, dikutip dari laman Psychology Today, Jumat (29/9/2023).

Winn yang sudah menulis 18 buku soal psikologi dan kesehatan mengatakan bahwa semua terapis cenderung menganjurkan pasiennya untuk memilih kata-kata yang baik. Bicara hal negatif dapat membuat suasana hati menurun drastis. 

Bahasa depresi, misalnya kerap mencakup ungkapan "selalu", "dalam segala hal", dan "salah saya". Dengan kata lain, hal-hal buruk justru akan berlangsung selamanya karena seseorang memercayai itu melalui kata-kata yang dia ucapkan.

Saat seseorang mengalami nyeri kronis, mengatakan "Saya tidak bisa mengatasi rasa sakit ini lagi" atau "Ini sangat menyiksa" malah dapat memperburuk pengalaman nyeri. Sebagai gantinya, katakan pada diri sendiri sesuatu seperti, "Saat nyeri bertambah, saya tahu saya perlu mengalihkan perhatian untuk meredakannya".

Untuk mendapat dampak kuat dari self-talk positif, Winn mengatakan pertama-tama seseorang harus menyadari pengaruhnya yang kuat. Dengan begitu, seseorang akan selalu menjaga ucapan dan hanya menggunakan bahasa yang baik.

 

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement